Hubungan ayah dan anak perempuannya selalu spesial. Ada rasa manja berlebih dan protektif. Tentu, bukan berarti dengan Ibu tidak spesial. Hanya berbeda spesialnya.  Tetapi kali ini aku akan fokus tentang ayah saja.
Aku memanggil ayahku dengan sebutan Papi. Papi orangnya terlihat cuek, sederhana, sangat ramah, lucu, baik hati, tapi juga sering menyebalkan, tidak mau kalah dan susah di kasih tahu. Tapi Papi saya orang yang sangat bertanggung jawab pada keluarganya.
Anaknya tiga, perempuan semua. Kalau bercanda atau berantem ramenya sampai rumah tetangga. Setelah saya dewasa, saya sadar pasti sulit sekali membesarkan dan menjaga kami yang perempuan semua ini.
Momen Spesial
Hal paling manis yang pernah aku lakukan untuk Papi saat aku masih kecil adalah saat ulang tahun Papi. Ketika masih SD, Aku dan kakakku yang setiap hari naik becak ketika pulang sekolah, kala itu bersepakat untuk pulang jalan kaki dan menabung uang becak untuk membelikan Papi kado. Mungkin selama tiga atau empat hari berturut-turut kami pulang jalan kaki sekitar 1.5 Km. Kemudian kami membelikan rokok dan pulpen. Rokoknya pun kami beli secara asal, yang penting uangnya cukup. Pulpen yang kami pilih juga yang menurut mata kami saat itu paling bagus. Kami membungkusnya dengan kertas kado.
Hadiah dari Papi
Hadiah dari papi selalu "unik". Berbeda dengan hadiah dari Mami yang pasti jadi kesukaan kami. Susah menjelaskan hadiah dari papi ini, kadang modelnya untuk laki-laki, kadang warnanya terlalu mencolok mata. Namanya juga Bapak-bapak, mana tahu selera cewek. Aku sempat menduga, kalau Papi membeli barang dari orang yang berdagang di sekitar kantornya. Entah karena kasihan atau sekedar melarisi saja.
Tapi hadiah itu tetap aku pakai. Mami kadang diam-diam mengingatkan "Dipakai lah sekali-sekali, kasian udah beliin". Tapi bagi aku sendiri hadiah dari Papi tetap spesial, aku bisa membayangkan Bapak-bapak membelikan hadiah untuk anak perempuannya, bagaimanapun juga itu hal yang manis.
Momen Rebutan
Ketika masih SD, pekerjaan kesenian dan ketrampilan adalah kesukaanku. Tapi Papiku tampaknya juga menyukainya. Cerita awalnya adalah Papiku mengajariku cara membuatnya. Kami kemudian mengerjakannya bersama, tapi aku kesal, karena merasa Papi yang lebih banyak mengerjakannya.Â