Media sosial memiliki peran penting sebagai salah satu sumber informasi, mendistribusikan berita, mendapatkan khalayak baru dan menunjukkan kredibilitas dari media berita. Namun, media sosial juga memberikan tantangan dalam verifikasi, objektifitas dan profesionalitas pekerja media.
Sebagai generasi milenial, internet dan media sosial menjadi kebutuhan utama bagi masyarakat dan terkhusus para jurnalis. Internet membuat masyarakat terlibat lebih aktif dalam mengolah berita dan peristiwa dengan observasi, seleksi, interpretasi, dll.
Media sosial sendiri adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada sebuah aktivitas, software, atau platform media yang memiliki elemen sosial (Donath, 2004 dalam Saipera, 2012). Namun media sosial juga terdefinisikan sebagai karakteristik dari partisipasi, keterbukaan, percakapan, komunitas dan hubungan. Alat atau layanan yang termasuk dalam media sosial adalah blog, wiki, media share service, dan social networking sites.
Platform media sosial memberikan ruang bagi penggunanya untuk membagikan konten berupa status, link, foto dan video. Media sosial menjadi sebuah ruang publik yang saling terhubung dan penggunanya saling membagikan konten, berdiskusi dan berkontribusi dalam sebuah berita dan merubah arus media sesuai dengan keinginan khalayak.
Teknologi digital dan media sosial membuat adanya partisipasi lebih dari masyarakat dalam produksi media dan berita. Khalayak media dapat mengambil bagian dalam mengumpulkan, menganalisis dan mendistribusikan berita. Contohnya dengan adanya citizen journalism, user-generated content, dan participatory journalism.
A. PERAN MEDIA SOSIAL DALAM JURNALISME
- Mengumpulkan berita
Internet dan media sosial menjadi salah satu sumber bagi jurnalis dalam mencari dan mengumpulkan informasi untuk menjadi sebuah berita. Dapat berupa foto, video atau tulisan dari saksi mata yang berada di lokasi.Selain sebagai sumber informasi, media sosial juga menjadi sensor yang memberikan peringatan akan adanya sebuah peristiwa dan memberikan data yang up to date mengenai peristiwa tersebut (Twitter).
Media sosial dapat juga mengisi news vacuum yang biasanya terjadi setelah sebuah peristiwa terjadi dikarenakan para jurnalis belum hadir di lokasi tersebut. Biasanya terjadi pada peristiwa bencana alam (gempa Haiti pada 2010) dan serangan teror (serangan teror di Mumbai pada 2008). Â Â
- Melaporkan berita
Dalam melaporkan berita, media sosial menjadi alat untuk mengembangkan distribusi berita yang cepat, beragam dan tidak terikat jarak. Media sosial yang biasanya digunakan adalah Twitter dan Facebook. Berita yang dilaporkan biasanya dalam bentuk potongan-potongan yang real time, mengkombinasikan observasi, impressions dan hal-hal yang terjadi di balik peristiwa tersebut.Berita tradisional juga berkembang dengan adanya fitur live blog atau live page. Media berita tidak lagi dapat memonopoli berita, sehingga mereka lebih mengkurasi berita-berita yang ada. Jurnalis menunjukkan proses berita terkonstruksi dengan sebuah siklus dari pelaporan, pemilihan, dan verifikasi berita.
- Merekomendasikan berita
Media sosial menjadi cara baru bagi media untuk mempromosikan konten, menaikkan konsumen dan membangun brand loyalty. Hal ini dilakukan dengan cara membagikan headline dan link berita dari laman mereka di media sosial.Khalayak kini dapat menjadi agen iklan berita dari sebuah media dengan menjadi editor berita bagi lingkup pergaulannya. Khalayak dapat merekomendasikan berita, foto, video yang menarik bagi keluarga dan teman-temannya.
B. TANTANGAN BAGI ETIKA DAN EDITORIAL
- Proses verifikasi
Kecepatan yang dimiliki media sosial menjadi tantangan tersendiri bagi media berita. Dilema yang terjadi adalah antara menjadi yang pertama atau menjadi yang paling benar. Namun hal yang paling penting adalah verifikasi dari setiap informasi yang ada daripada kecepatan. Dikarenakan hal ini mempengaruhi kredibilitas dan reputasi mereka. - Interpretasi objektifitas
Adanya media sosial membuat jurnalis dapat mengekspresikan pendapat dan ide mereka. Terdapat beberapa aturan yang dimiliki setiap media berita untuk mengatur perilaku jurnalisnya dalam menggunakan media sosial. Hal ini berguna untuk menjaga reputasi setiap jurnalisnya dan kredibilitas yang dimiliki media berita tempat mereka bernaung - Keseimbangan antara profesionalitas dan personal
Belum ada garis pembeda yang jelas dalam berperilaku secara profesional maupun personal di media sosial. Sehingga memunculkan banyak pertanyaan mengenai hal-hal yang harus menjadi konsumsi publik dan hal yang harus disimpan sebagai privasi (Saipera, 2012).