Mohon tunggu...
MELISA IRAWAN
MELISA IRAWAN Mohon Tunggu... Akuntan - Mahasiswi

-

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Refleksi Kasus PwC China-Evergrande: Peran Etika, Kepemimpinan, dan Komunikasi

24 Mei 2024   08:18 Diperbarui: 24 Mei 2024   23:59 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: officesnapshots.com

Di era modern ini, tidak dapat dipungkiri bahwa dunia kerja semakin kompleks dan sangat kompetitif. Untuk meraih kesuksesan dalam sebuah dunia kerja, seseorang tidak dapat mengandalkan kemampuan teknis saja. Seorang individu juga harus mampu untuk memiliki pemahaman yang matang mengenai etika, kepemimpinan, dan komunikasi. Ketiga aspek tersebut tidak hanya memainkan peran penting dalam membangun reputasi profesional yang positif dan berkontribusi pada kemajuan karir, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. 

Kasus PwC China dan Evergrande menunjukkan bahwa ada kegagalan dalam penerapan etika, kepemimpinan, dan komunikasi. PwC China gagal memenuhi kewajiban etisnya untuk memberikan laporan audit yang akurat dan independen. Lemahnya kepemimpinan pada akhirnya membuat PwC gagal memberikan instruksi dan kontrol yang memadai kepada para auditor yang melakukan audit terhadap Evergrande. Kurangnya komunikasi juga menyebabkan para auditor gagal menyampaikan informasi mengenai risiko-risiko yang dimiliki perusahaan kepada para pemangku kepentingan dan investor.

Kasus ini menimbulkan pertanyaan tentang peran etika, kepemimpinan, dan komunikasi yang efektif dalam dunia professional. Bagaimana seharusnya kita menjaga integritas dan objektivitas ditengah tekanan atau bahkan ancaman dari klien? Bagaimana kita bisa menjaga komunikasi yang efektif dengan para pemangku kepentingan? 

Etika merupakan fondasi utama dalam kehidupan profesional. Seorang akuntan, harus memahami dengan sepenuhnya 5 etika dasar, yaitu integritas, objektivitas, kompetensi dan kehati-hatian, kerahasiaan, dan perilaku profesional. Sebisa mungkin menghindari konflik kepentingan yang mungkin terjadi. Di samping itu, akuntabilitas juga penting untuk memastikan bahwa seorang profesional bertanggung jawab atas segala tindakan dan keputusan yang diambil, serta mematuhi norma dan standar profesi. Etika menjadi panduan moral yang mengarahkan para profesional untuk selalu bertindak secara benar dan bertanggung jawab. 

Pemimpin merupakan nahkoda yang menentukan ke mana arah tim akan melangkah. Kepemimpinan yang efektif dan terarah sangat penting dalam kehidupan profesional. Pemimpin yang baik harus memiliki visi yang jelas, terarah, dan realistis. Untuk mencapai suatu tujuan, diperlukan kemampuan untuk dapat memotivasi tim. Tidak hanya itu, seorang pemimpin juga harus mampu mengambil keputusan yang efektif, tanpa merugikan pihak manapun, dalam situasi yang kompleks. Dalam praktiknya, seorang pemimpin juga harus tegas dan visioner.  

Komunikasi merupakan jembatan yang menghubungkan para profesional dengan banyak pihak, yang menuntut seseorang untuk memiliki pemahaman dan tata bahasa yang efektif, kemampuan komunikasi yang jelas, ringkas, dan mudah dimengerti, kemampuan ini berguna untuk meminimalisir terjadinya miskomunikasi. Adanya kemampuan untuk mendengarkan dan memahami sudut pandang orang lain sangat efektif untuk membangun hubungan berkelanjutan dengan orang lain. Para profesional perlu memiliki keterampilan interpersonal yang kuat untuk dapat menjalin hubungan dengan rekan kerja, klien, dan pemangku kepentingan lainnya. 

Kasus PwC China dan Evergrande adalah gambaran bagaimana kegagalan implementasi etika, kepemimpinan, dan komunikasi dapat membuat sebuah profesi terjerumus ke dalam jurang krisis. Kurangnya integritas, kepemimpinan yang lemah, dan komunikasi yang buruk memicu krisis keuangan yang meruntuhkan kepercayaan publik. Di era yang kompleks dan kompetitif ini, sebagai praktisi maupun mahasiswa, penting untuk dapat memahami peran etika, kepemimpinan, dan komunikasi dalam kehidupan profesional, tidak hanya itu kita juga perlu mengembangkan kemampuan teknis untuk meminimalisir kesalahan-kesalahan yang tidak perlu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun