Rabies menjadi permasalahan serius di Indonesia akibat tingkat penyebarannya yang semakin meningkat. Salah satu faktor utamanya adalah minimnya pengetahuan masyarakat mengenai penyakit ini.
Rabies adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dan dapat menginfeksi manusia dan hewan. Banyak orang di Indonesia yang belum mengetahui cara penularan, gejala, atau tindakan pencegahan yang harus dilakukan. Kekurangan pengetahuan ini mengakibatkan masyarakat berisiko lebih tinggi terkena rabies, seperti percaya bahwa mengoleskan bawang putih atau minyak kelapa pada luka gigitan anjing bisa mencegah infeksi. Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan upaya meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang rabies.
Gejala rabies pada manusia meliputi demam, sakit kepala, mual, muntah, rasa sakit atau kesemutan di lokasi gigitan, gejala neurologis seperti kebingungan, agitasi, dan halusinasi, hidrofobia (takut air), kelumpuhan, kejang-kejang, kesulitan menelan, air liur yang berlebihan, dan insomnia. Gejala rabies dapat bervariasi tergantung pada lokasi masuknya virus, viral load, dan kekebalan tubuh. Masa inkubasi biasanya 2-3 bulan namun dapat bervariasi dari 1 minggu hingga 1 tahun.
Jika dicurigai terpapar rabies, langkah-langkah yang harus dilakukan adalah mencari pertolongan medis segera, mencuci luka dengan sabun dan air, menangkap hewan yang menjadi sumber kecurigaan, berkonsultasi dengan penyedia layanan kesehatan untuk mengambil keputusan tentang profilaksis pasca pajanan rabies (PEP), dan memulai pengobatan PEP sesegera mungkin untuk mencegah infeksi. Penting untuk diingat bahwa rabies adalah penyakit serius dan berpotensi fatal. Mencari bantuan dari petugas kesehatan atau ahli kesehatan masyarakat penting dalam menilai risiko terkena rabies atau penyakit lainnya. PEP melibatkan serangkaian suntikan untuk mencegah virus rabies menyebar di tubuh. Untuk saran dan panduan yang lebih spesifik, selalu konsultasikan dengan tenaga medis profesional.
Sedangkan untuk pencegahan rabies diantaranya menghindari kontak dengan hewan berpotensi terinfeksi, memvaksinasi hewan peliharaan, menjaga kendali atas hewan peliharaan, mensterilkan hewan peliharaan, dan mencuci luka gigitan dengan sabun dan air. Jika terpapar, segera cari bantuan medis.
Tingkat pengetahuan masyarakat yang rendah memiliki dampak signifikan terhadap peningkatan kasus rabies di Indonesia. Beberapa penelitian telah meneliti hubungan antara pengetahuan dan pencegahan rabies. Hasil penelitian di Kecamatan Tomoni Timur menunjukkan adanya hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tindakan pencegahan rabies. Penelitian lain menggunakan metode studi literatur dan menyimpulkan bahwa pengetahuan memainkan peran penting dalam pencegahan rabies. Penelitian di Kecamatan Kuta juga menemukan bahwa efek gabungan dari pengetahuan dan sikap berkontribusi sekitar 20,90% dalam tindakan pencegahan. Namun, penelitian di tiga provinsi di Indonesia menunjukkan bahwa mayoritas partisipan memiliki pengetahuan yang cukup dan praktik yang tepat terkait rabies. Penelitian lainnya di Kabupaten Manggarai menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan yang lebih baik berhubungan dengan sikap yang lebih positif terhadap rabies.
Dalam rangka mengurangi kasus rabies di Indonesia, meningkatnya pengetahuan masyarakat mengenai rabies menjadi penting guna meningkatkan kesadaran akan upaya pencegahan dan penanggulangan rabies. Pemerintah perlu melakukan kampanye edukasi melalui media massa dan media sosial agar masyarakat memperoleh informasi yang akurat tentang penyakit ini. Tenaga medis dan petugas kesehatan juga harus terlibat dalam memberikan edukasi langsung kepada masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H