Ketika pengajian kitab subuh bersama Ust Saiful Falah, kami mendengarkan sebuah kisah yang sekalipun tidak pernah kami dengar sebelumnya. Dari kitab Durrotun Nasihin di halaman 37, kisah ini termaktub. saya sangat tertarik untuk menuliskannya secara gamblang, semoga pembaca bisa mengambil hikmah dari kisah di bawah ini, yang saya beri judul sendiri.
Doa Nabi yang Terhalangkah?
Dikisahkan pada zaman Nabi Isa As, dimana terdapat seorang laki-laki yang di sebut kishor atau dijuluki boncel karena ulahnya sendiri. Kelakuan si boncel hanya membuat penduduk desa resah. ia berulang kali membuat kerugian di desanya. Semua masyarakat desa dibuatnya mencak-mencaksepanjang hari. Bagaimana tidak? Si boncel yang jahil senang sekali menyumbat aliran air yang digunakan untuk keperluan warga, kalaupun tidak ia sengaja meludah diatasnya atau bahkan membuat air tersebut menjadi najis.
Penduduk desa sudah kehabisan akal untuk membuatnya jera. percuma marah-marah, si boncel tetap tidak peduli dengan semua protes. Akhirnya petua desa mengadukan tingkah boncel kepada Nabi Isa As. Ketika menceritakan tingkah si boncel kepada Nabi, dadanya naik turun saking kesalnya. Diakhir ceritanya, ia meminta kepada Nabi Isa As untuk berdoa, agar ketika boncel pergi ke suatu tempat ia tidak kembali lagi ke desa. Karena menurutnya hilangnya 1 orang yang merugikan lebih baik dari pada kerugian satu desa. Lalu Nabi Isa As langsung mengadahkan kedua tangannya dan berdoa
اللهم ابعث اليه حيِّة لا تردّه حيّا
Di dalamdoanya Nabi Isa As memohon kepada Allah agar mengutus ular yang mana akan mematuk boncel dan membuatnya tidak berdaya sama sekali.
Di lain tempat tanpa perasaan ganjal sedikitpun si boncel berjalan ke sungai, membawa beberapa pakaian kotor nya untuk di cuci. Tiba-tiba datang seorang lelaki dari arah gunung batu, ia terlihat begitu lelah dan lemah, laki-laki itu mendekati si boncel dan bertanya “apakah kamu membawa sesuatu yang bisa diberikan kepadaku? kalaupun tidak perlihatkan sajalah padaku, atau biarkan aku mencium aromanya karena sesungguhnya aku belum makan berhari-hari” pinta lelaki itu dengan sedikit memohon.
boncel terdiam sejenak, ia melirik ke arah sakunya. terdapat 3 potong roti yang sudah ia siapkan untuk bekalnya “di berikan, diperlihatkan, atau hanya membiarkan dicium aromanya?” batin si boncel, lalu ia memberikan 1 potong roti dari sakunya. seketika wajah si lelaki sumringah senang, lalu ia merapalkan sesuatu “Ya Khisor semoga Allah mengampuni dosa mu dan membersihkan hatimu” boncel senang bukan kepalang mendengar doa yang dipanjatkannya, kemudian ia memberikan lagi 1 potong roti dari sakunya. mata lelaki itu terbelalak, senang melihat 2 potong roti yang kini ada di tangannya “ Ya kishor semoga Allah mengampuni semua dosa-dosa yang telah lampau maupun yang akan terjadi” Si kishor ketagihan di doakan oleh lelaki itu, tanpa berfikir panjang ia memberikan lagi potongan roti yang ketiga, membiarkan sakunya kosong melompong. Lelaki yang kelaparan itu terkesan dengan kebaikan si boncel, lalu ia merapalkan doa pamungkasnya “ya Kishor...” kerongkongannya sedikit tercekat karena terharu “semoga Allah membangunkan untukmu sebuah istana di Syurga nanti” lanjutnya dengan mata yang berkaca-kaca
Penduduk desa merasa senang dan damai, dari pagi hingga petang mereka tidak menemukan kekacauan yang biasa dibuat oleh si boncel. Desa menjadi tentram, namun tiba-tiba dari arah barat boncel muncul membawa buntalan yang membungkus pakaiannya, wajahnya terlihat lebih ringan dari biasanya, ia tersenyum sumringah memamerkan giginya. Seluruh warga terperanjat, suara bisik-bisik mulai terdengar. Petua desa yang melihatnya heran, kenapa orang ini bisa kembali lagi? sedangkan doa seorang Nabi tidak pernah diragukan dan pasti mustajab. Petua desa bergegas menemui Nabi, dan melaporkan apa yang baru saja ia lihat, si boncel kembali ke desa. Kemudian Nabi Isa As memerintahkan petua desa untuk memanggil si boncel agar segara datang ke hadapannya.
Ketika menghadap Nabi boncel masih menggendong buntalannya ditangan kanan. Lalu Nabi Isa langsung bertanya kepadanya “Ya Kishor, perbuatan baik apa yang sudah kamu lakukan hari ini?” lalu si boncel menceritakan setiap detail kejadian di hari itu. Nabi Isa As tersenyum dan bertanya apa yang ada di dalam buntalan yang ia bawa, kemudian Nabi menyuruhnya untuk membuka buntalan itu. ketika di buka, di dalamnya terdapat seekor ular hitam yang berbisa. Namun anehnya ular itu sudah terikat dengan ikatan yang terbuat dari besi.
Nabi langsung bertanya pada ular “Hai ular, bukankah kau diutus oleh Allah untuk mematuknya sesuai dengan doa ku?” ularpun menjawab “Wahai Nabi, sesungguhnya aku adalah utusan dari Allah atas doa mu. Namun ketika aku hendak mematuk kishor, datang seorang lelaki yang meminta makanan, lalu ia memberikannya. Maka si peminta-minta itu mendoakannya sebanyak tiga kali. Malaikatnya yang berdiri disampingnya mengamini ke 3 doa tersebut karena sesungguhnya dialah seorang ahli ibadah. Maka Allah mengutus malaikat untuk mengikatku”jelas si ular hitam. Nabi menatap kishor dan berkata singkat “ya Kishor, lanjutkanlah perbutan baikmu”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H