Di bawah langit Belitung nan biru,
berlomba mimpi dalam dada yang pilu.
Anak-anak kecil berjuang di sana,
dengan senyum polos, penuh asa.
Sekolah reyot di ujung desa,
tempat mereka menggantung cita.
Di bangku usang, di lantai berdebu,
lahirlah mimpi, terbentang tujuan baru.
Bu Muslimah yang tulus dan sabar,
mengajar dengan cinta, tak pernah pudar.
Bukan sekadar ilmu, tapi harapan, mengubah gelap jadi pencerahan.
Laskar Pelangi, si pemburu mimpi,
berlari tak henti-hentinya, tak takut sunyi.
Walau badai datang menggulung asa,
tetap tegar dalam langkah bersama.
Mereka yang miskin tak pernah menyerah,
menyulam mimpi dengan penuh tabah.
Di antara lelah dan duka yang mendera,
Laskar Pelangi terus melangkah.
Terima kasih,
Belitung yang ramah, yang ajarkan kami arti hidup yang megah.
Di hati, kisah ini akan abadi,
bersama angin dan Laskar Pelangi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H