Hujan turun membasahi bumi.
Tetes demi tetes, membasuh luka hati.
Air mata yang terpendam, mengalir bersama rintik hujan.
Menjadi satu kesatuan, menghapus jejak kesedihan.
Hujan, engkau pelukanku.
Menyentuh lembut jiwa, yang lelah dan terluka.
Engkau tempatku berlindung.
Menyembunyikan tangisan, yang tak terungkap.
Di balik tetesanmu, tersembunyi air mata,
Yang tak ingin dilihat dunia.
Hujan, engkau saksi bisu,
Menyaksikan kesedihan, yang terpendam di hati.
Tetesan hujan, bagaikan air mata yang jatuh. Mencurahkan beban, yang terpendam di jiwa.
Hujan, engkau menjadi obat,
Meredakan rasa sakit, yang tak tertahankan.
Hujan, engkau teman setia.
Menemani saat-saat sunyi,
Menyembunyikan air mata.
Yang tak ingin terlihat.
Di bawah rintik hujan, aku berbisik,
"Terima kasih, hujan, engkau tempatku berlindung." "Engkau tempatku melupakan.
Semua rasa sakit, yang menghancurkan hati."
Hujan, engkau simfoni alam.
Menyentuh jiwa, menenangkan hati.
Engkaulah tempatku bersembunyi.
Dari dunia yang kejam, dan menyakitkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H