Mohon tunggu...
Melindaa
Melindaa Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar SMP

Hanya sebuah manusia

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Senja Yang Patah

29 November 2024   17:58 Diperbarui: 29 November 2024   17:58 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Senja,
kau datang dengan jingga yang hangat,
membawa janji yang tak pernah tamat,
tapi mengapa rasa ini terasa pekat?

Di ufuk barat,
matahari perlahan tenggelam,
seperti kisah kita yang perlahan karam,
tanpa kata, tanpa salam.

Angin sore menyapa rindu,
membelai luka yang masih kelu,
entah mengapa aku masih terpaku,
pada bayangmu yang tak pernah jemu.

Senja,
kau saksi bisu perihnya hati,
mengapa cinta harus pergi,
tanpa alasan yang bisa dimengerti?

Aku hanya ingin bertanya,
pada langit yang mulai gelap,
apakah ini takdir yang tetap,
atau hanya ujian dari semesta yang gagap?

Maka biarlah,
aku menitipkan air mata ini,
pada lembayung yang pergi,
bersama senja, yang tak lagi berarti.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun