Mohon tunggu...
Inovasi

Jurnalistik dan Media Sosial

1 Juni 2016   15:27 Diperbarui: 4 April 2017   16:17 518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Jurnalistik merupakan ilmu, proses, dan teknik penyampaian informasi aktual melalui media massa. Sedangkan, media sosial adalah saluran interaksi atau pergaulan sosial secara online.

Media sosial dipandang sebagai media non formal yang mampu menunjang tugas formalnya. Media sosial menjadi alat informasi bagi berita yang telah dimuat. Misalnya berita tentang mogoknya angkutan di ibukota menolak angkutan yang memakai aplikasi daring. Dalam berita yang dimuat media tempat jurnalis itu bekerja, bahasa dan muatannya mungkin resmi sekali. Namun di media sosialnya, sang jurnalis bisa berbicara sesuai dengan bahasa yang mudah dimengerti atau apa adanya. Ia memaparkan sesuatu, mungkin disertai dengan opini (dalam kajian jurnalistik, opini dalam sebuah berita jelas masih dilarang), atas informasi yang dimuat di medianya.

Kekuatan media sosial dalam jurnalistik dapat dilihat dari segi publikasinya, penyebaran informasi atu berita dalam skala yang lebih luas. Selain itu, newsroom akan lebih fokus pada pemanfaatan komunitas di dalam media sosial. Tak hanya itu saja, media sosial juga dapat digunakan untuk kerjasama antara produser konten (media) dengan sumber berita jurnalis menjadi manajer komunitas. Peran jurnalis berkembang dari proses peliputan dan produksi berita, menjadi peran menyebarluaskan berita.  Jurnalis juga mengambil percakapan di media sosial sebagai berita.

Media sosial juga dapat digunakan sebagai Social Contact yaitu melalui media sosial/jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, Youtube, kita menikmati kontak antara powerful journalist dengan narasumbernya. Social Stories adalah berita yang dibangun lebih emosional, terbuka dan kolaboratif, karena ada engagement antara jurnalis dengan konsumennya (deep social integration).

Facebook dan media sosial lainnya hakikatnya merupakan media untuk mengumpulkan dan berbagi ide. Namun, fungsi itu berkembang menjadi sarana publikasi informasi aktual. Melalui media sosial/jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, Youtube, kita menikmati kontak antara powerful journalist dengan narasumbernya. Berita dibangun lebih “emosional”, terbuka dan kolaboratif, karena ada engagement antara jurnalis dengan konsumennya (deep social integration). Dengan adanya media sosial, dapat menumbuh kembangkan konsep jurnalisme warga (citizen journalist). Setiap orang kini bisa berperan sebagai wartawan yang memproduksi dan menyebarluaskan informasi yang sifatnya aktual.

Citizen journalism juga dikenal dengan nama Parcipatory Journalism, yaitu tindakan seorang warga atau sekelompok warga yang berperan aktif dalam proses pengumpulan, pelaporan, analisis dan penyebaran berita dan informasi (Shayne Bowman dan Chris Willis:2003).

Syarat paling mendasar menjadi citizen journalism adalah kemampuan menyampaikan fakta. Pakar-pakar pers ada yang melihat ada salah kaprah soal pengertian mengenai citizen jornalist ini sendiri. Banyak masyarakat yang mengklaim bahwa dirinya adalah citizen journalist, padahal sebenarnya dia hanya memberi laporan atau menyampaikan informasi. Contohnya informasi tentang kemacetan lalu lintas, hujan deras di satu daerah, dan hal lain yang sifatnya baru sebatas memberikan laporan atau informasi. Warga yang memberi laporan atau informasi seperti itu sebenarnya baru lebih tepat disebut sebagai pewarta warga, belum sampai tahap jurnalisme warga (citizen Journalisme).

Bagaimanapun Jurnalisme mempunyai kaidah, prinsip, dan etika yang bisa saja diterapkan secara sederhana oleh warga. Paling tidak laporan dan informasi yang disampaikan tersebut mengandung fakta yang akurat, kebenaran yang bisa dipertanggungjawabkan, sudah ada proses verifikasi awal meski sederhana. Perbedaan antara citizen journalist dengan journalist sebenarnya akan lebih terlihat dari cara mereka menyampaikan laporannya langsung di jalur frekuensi tv atau radio. Laporan seorang citizen journalist lebih polos, apa adanya, dan mengunakan bahasa seperti obrolan masyarakat biasa, sedangkan journalist memang sudah melalui proses training cara menyampaikan laporan pandangan mata tentu akan lebih terstruktur, dukungan data yang lebih kuat, dan dilengkapi wawancara dengan pihak terkait langsung dilapangan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun