Mohon tunggu...
Melinda Harumsah
Melinda Harumsah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Creator Economy. Penulis. Aktivis dakwah.

Assalamualaikum. Wr. Wb Saya melinda harumsah, memiliki hobbi menulis, hidup untuk berkarya berdaya dan berkontribusi untuk Islam kaffah.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mencegah Doom Spending Ala Gen Z Dan Milenial

16 November 2024   20:03 Diperbarui: 16 November 2024   20:56 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Mencegah Doom Spending Ala Gen Z Dan Milenial 

Oleh : Melinda Harumsah, S.E 

Akhir-akhir ini muncul istilah baru disekeliling kehidupan kita, yaitu adanya istilah doom spending. Jika kita artikan, maksud dari doom spending merupakan pengeluaran malapetaka, dengan kata lain juga diartikan sebagai kebiasaan boros yang dilakukan Gen Z dan Milenial, sehingga memiliki rasa yang dilandasi dengan pesimis terhadap finansialnya untuk masa depan. 

Pada dasarnya, doom spending maupun kebiasaan boros, ini merujuk pada perilaku seseorang yang cenderung menghabiskan uang untuk gaya hidup, dengan kata lain disebut fomo (ikut-iktan tren). Sehingga kebiasaan buruk ini, sering mengintai kalangan pekerja produktif yang kini didominasi kalangan Gen Z Dan Milenial.

Dan alih-alih menyimpan uang ditabungan, cenderung dikesampingkan hanya demi mementingkan keinginannya, walaupun tidak butuh-butuh banget. 

Sehingga mereka lebih tertarik untuk menyisihkan uang guna membeli barang-barang mewah, healing ke tempat sana sini, CO keranjang online shop mengoleksi pakaian lucu, dan melengkapi kosmetik bermerk dan trendi.

Riset dosen Keuangan Senior di King's Business School yang juga mantan bankir, Ylva Baeckstrom, mengklaim praktik tersebut tidak sehat dan tergolong perbuatan sangat fatal.

Karena telah terbukti dari 96 persen warga Amerika Serikat yang merasa khawatir dengan kondisi ekonomi sekarang. Alhasil, seperempat dari jumlah tersebut rela mengeluarkan uang untuk bertindak konsumtif sebagai upaya mengatasi stres.

Baeckstrom menyambung riset nya kembali dan membeberkan generasi saat ini berpotensi menjadi generasi pertama yang lebih miskin dari orangtuanya. 

Dalam riset nya menjelaskan kembali, "perasaan anda mungkin tidak akan pernah bisa mencapai apa yang dicapai orang tua anda sebelumnya". (mbuh Baeckstrolm)

Adapun survey Monkey yang melakukan peninjauan terhadap 4.342 orang dewasa di seluruh dunia. Hanya 36,5 persen mereka lebih baik daripada orang tua mereka secara finansial. Dan sisanya sebanyak 42,8 persen merasa khawatir dan pesimis terhadap kondisi finansial yang lebih buruk di masa depan. 

Mereka terperangkap dalam situasi tersebut. Pasalnya, penyebab doom spending sendiri merupakan efek dari kecanggihan teknologi, hingga informasi buruk yang terus-menerus diterima. 

Yang paling populer, seperti menjamurnya berbagai aplikasi belanja daring yang memancing seseorang lebih gemar menghabiskan uangnya. Sehingga orang-orang-orang tanpa sadar lebih impulsif terhadap ke-FOMO-annya.

Maka disini, penting sekali untuk memahami hubungan anda dengan uang, dalam mengatasi pengeluaran sia-sia. Mulai belajar untuk membiasakan hidup hemat tak lepas dari edukasi finansial yang diajarkan orang tua kepada anaknya. 

Dengan mengaktifkan notifikasi mobile banking juga dinilai mampu menahan untuk mengeluarkan uang. Pemberitahuan menciptakan "sedikit rasa sakit" ketika Anda melihat otorisasi transaksi keluar dari rekening. 

Pendapat dari Samantha Rosenberg sebagai salah satu pendiri dan COO Belong (platform pengembangan kekayaan) menyarankan untuk kembali menggunakan uang tunai sebagai cara menghindari praktik doom spending. Karena, dompet digital dan metode pembayaran online meningkatkan risiko pengeluaran yang tidak perlu karena caranya yang mudah dah cepat hanya dari gawai.

Dibalik doom spending sebenarnya dalam Islam pun telah diajarkan edukasi mengenai perbedaan antara kebutuhan dan keinginan. Ilmu tentang etika konsumsi Islam dalam impulsif buying.

Istilah doon spending, mengajarkan kita untuk peka terhadap apa-apa yang membuat kita bertindak berlebihan, dalam pemborosan uang.

Ilmu tentang etika konsumsi dalam implusif buying mengajarkan kita bahawa pola perilaku konsumen dalam membeli barang, ia melakukannya dengan spontan tanpa adanya perencanaan untuk membeli barang, sehingga keinginan nya lebih kuat untuk membeli sesuatu dengan segera, tanpa memikirkan adanya pertimbangan untuk konsekuensi yang akan dihadapi.

Adapun perilaku ini muncul karena dipengaruhi oleh perasaan, suasana hati, lingkungan, toko, display dan promosi yang ditawarkan. 

Sehingga etika konsumsi menjelaskan bahwa aturan tentang baik dan buruk dalam pemanfaatan barang atau jasa itu sangat penting.

Dalam Islam juga menganjurkan untuk mengikuti prinsip-prinsip pemenuhan kebutuhan secara tidak berlebih-lebihan, sebagai bentuk ketaatan pada Allah swt., memenuhi tanggung jawab keluarga, memiliki skala prioritas, persediaan untuk keturunan dan juga untuk sosial melalui pemenuhan kewajiban zakat, sedekah dan infaq.

Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Yazid bin Harun telah memberitakan kepada kami Hammam dari Qatadah dari 'Amru bin Syu'aib dari Ayahnya dari Kakeknya dia berkata, "Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

"Makan dan minumlah, bersedekah dan berpakaianlah kalian dengan tidak berlebih-lebihan atau kesombongan (HR. Ibnu Majah). 

Adapun dengan maraknya fenomena impulsive buying maka diperlukan sosialisasi tentang pandangan etika konsumsi Islam dalam berbelanja tanpa terencana. 

Adanya kegiatan konsumsi yang dilakukan setiap hari oleh siapapun, bertujuan untuk memperoleh kepuasan setinggi-tingginya, serta mencapai tingkat kemakmuran dalam pengertian terpenuhinya berbagai macam kebutuhan, baik kebutuhan pokok maupun sekunder, barang mewah maupun kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani. 

Sehingga daya konsumsi seseorang memberikan gambaran tingkat kemakmuran seseorang atau masyarakat.  

Konsumsi mendefinisikan bahwa kegiatan penggunaan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan. Konsumsi dalam Islam yaitu pemenuhan kebutuhan atau penggunaan komoditas yang sesuai dalam al-Quran dan hadis, baik berupa pakaian, makan, minum, bahkan sedekah dan sebagainya untuk mencapai kemashlatan di dunia dan di akhirat.

Walahu'alambisshoab

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun