Mohon tunggu...
Meli Nda
Meli Nda Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hidup itu Ngk usah dibikin pusing

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Filsafat Islam Kenabian menurut Al Farabi dan Fazlur Rahman

25 Juni 2024   20:25 Diperbarui: 25 Juni 2024   20:33 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Abstract: One of the main topics in Islamic thought is prophetic philosophy, which is discussed in depth by philosophers such as Al-Farabi and Fazlur Rahman. Al-Farabi, a philosopher of the classical period, considered prophethood to be a metaphysical phenomenon closely related to the active intellect of human beings and their ability to receive and deliver God's revelations to others. In contrast, Fazlur Rahman, a contemporary Muslim scholar, concentrates on the historical and contextual aspects of prophethood. He saw the prophet as a social reformer who carried God's message to lead people towards justice and goodness. Rahman emphasized that using a hermeneutic approach to understanding the text of revelation is essential to keep the messages relevant in today's world. Although it has a historical perspective and context.

Keywords : Islamic Philosophy, Prophethood, Al Farabi, Fazlur Rahman

Abstrak: Salah satu topik utama dalam pemikiran Islam adalah filsafat kenabian, yang dibahas secara mendalam oleh para filsuf seperti Al-Farabi dan Fazlur Rahman. Al-Farabi, seorang filsuf dari periode klasik, menganggap kenabian sebagai fenomena metafisik yang terkait erat dengan intelek aktif manusia dan kemampuan mereka untuk menerima dan menyampaikan wahyu Tuhan kepada orang lain. Sebaliknya, Fazlur Rahman, seorang cendekiawan Muslim kontemporer, berkonsentrasi pada aspek historis dan kontekstual kenabian. Ia melihat nabi sebagai seorang reformator sosial yang membawa pesan Tuhan untuk memimpin orang-orang ke arah keadilan dan kebaikan. Rahman menekankan bahwa menggunakan pendekatan hermeneutik untuk memahami teks wahyu sangat penting untuk menjaga pesan-pesan tersebut relevan dalam dunia saat ini. Meskipun memiliki perspektif dan konteks historis.

Kata Kunci : Filsafat Islam, Kenabian, Al Farabi, Fazlur Rahman

Pembahasan

A. Pengertian Filsafat Kenabian 

Filsafat kenabian adalah salah satu kajian penting dalam tradisi pemikiran islam.  Wahyu adalah dasar dari semua agama langit. Semua nabi adalah manusia biasa yang diberi kekuatan untuk berhubungan dengan Tuhan dan menyatakan kehendak-Nya. Dengan wahyu, seseorang memiliki modal dasar untuk melakukan pekerjaan suci sebagai nabi dan rasul untuk membangun kehidupan yang sesuai dengan kemanusiaan yang sebenarnya..[1]

 Awal gelombang skeptis dan penolakan terhadap kenabian dalam Islam dimulai dengan munculnya Mazdakiyah dan Mana'ah dari Persia dengan pendukung dari kalangan Zindiq Arab. Pada abad kedua Hijriyah, propaganda dualisme mulai menyebar dan memecahkan konsep monotisme yang mendukung Islam.

 Sebenarnya, pengingkaran terhadap wahyu dalam agama Islam sudah ada sejak masa Nabi Muhammad. Setiap agama yang berasal dari langit mendasarkan ajaran-ajarannya pada wahyu. Semua nabi adalah manusia biasa yang diberi kekuatan untuk berhubungan dengan Tuhan dan menyatakan kehendak-Nya. Dengan wahyu, seseorang memiliki modal dasar untuk melakukan pekerjaan suci sebagai nabi dan rasul untuk membangun kehidupan yang sesuai dengan kemanusiaan yang sebenarnya..

 Awal gelombang skeptis dan penolakan terhadap kenabian dalam Islam dimulai dengan munculnya Mazdakiyah dan Mana'ah dari Persia dengan pendukung dari kalangan Zindiq Arab. Pada abad kedua Hijriyah, propaganda dualisme mulai menyebar dan memecahkan konsep monotisme yang mendukung Islam.

 Sebenarnya, pengingkaran terhadap wahyu agama Islam sudah ada sejak masa Nabi Muhammad. Mereka tidak mengakui bahwa Nabi Muhammad menerima wahyu dari langit dan mengingkari kenabian Nabi Muhammad. Pengingkaran ini terus berlanjut seiring dengan perkembangan umat Islam, dipengaruhi oleh tradisi budaya masyarakat plural pada masa itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun