Mohon tunggu...
Meliana Ayu
Meliana Ayu Mohon Tunggu... -

Bisa jadi , dia tidak benar-benar meninggalkanmu !

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jodoh dan Tuhan

19 Februari 2012   15:44 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:27 537
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Jodoh. Awalnya aku tidak mengerti apa arti dari kata itu. Bagaimana bisa kita tahu dengan benar bahwa dia adalah jodoh kita. Banyak orang yang sudah menikah setelah jalan beberapa bulan bahkan tahun kemudian timbul masalah dan setelah itu cerai. Dengan kata lain ternyata orang itu bukan jodoh kita. Tragis bukan?! Nah, bagaimana cara kita mendeskripsikan jodoh itu seperti apa?

MESYA

Sampai akhirnya aku bertemu dengannya. Maddie. Dia pria yang humoris, sederhana, bebas, dalam artian tidak suka dengan hal yang rumit. Apapun itu. Apa yang ingin dia lakukan, pasti dilakukan. Tidak peduli itu merugikan orang lain atau nggak. Tetapi dia cukup pintar dalam segala hal termasuk mengajariku banyak hal.

Kami menikah awal bulan September. Bahagia dan penuh cinta terlihat jelas diraut mukanya begitupun aku dan seluruh keluarga kami. Maddie tahu bagaimana memperlakukan seorang wanita. Hingga membuatku tidak bisa jauh darinya dan begitu mencintainya. Bukankah, bahagia itu adalah ketika kita mencintai  orang yang tepat. Dan cinta adalah kebersamaan, saling mendukung, saling menghargai dan saling berbagi. Tidak hanya aku tetapi juga kamu. Dalam hal suka maupun duka, aku akan selalu disampingmu Maddie.

Beruntungnya tidak lama setelah pernikahan kita, kita diberikan titipan seorang bayi oleh Tuhan yang sepatutnya ini tanggung jawab kami sebagai orang tua. Kebahagiaanku terasa lengkap sudah tetapi tidak dengan Maddie. Dia seolah tak menginginkannya. Mulai dari itu keadaa semua berubah. Setiap orang pasti berubah dan mau tidak mau, kita harus siap dengan segala perubahan itu. Sikapnya terhadapku yang tak sama seperti dulu. Hal-hal romantis yang biasa dilakukannya kini tak pernah ada dan hilang. Maddie lebih sering menghabiskan waktunya bersama teman-teman sekantornya daripada bersamaku di rumah. Semakin hari dia membuatku semakin bingung. Apa yang salah denganku? Adakah hal yang membuatnya merasa jijik hingga tak mau sedikitpun menyapaku hanya untuk sekedar menanyakan kabarku. Sejauh ini aku masih bisa bersabar karena memang buatku sabar itu tidak ada batasnya. Namun aku merasa keadaanku semakin memburuk begitu juga bayi ini. Setiap malam, aku selalu menunggunya pulang kerumah untuk menceritakan apa yang dia mau sebenarnya. Dan untuk kesekian kalinya aku bertanya tetapi hasilnya tetap sama. Dia hanya diam. “Aku juga nggak bakal tahu harus ngapain kalau kamu cuma diam terus”. Ini tidak bisa dibiarkan berlarut-larut. Kita harus bicara. Secepatnya!

MADDIE

“Mengapa bayi itu harus hadir? Aku sudah cukup bahagia dengan menjalani hidup berdua denganmu, Mesya! Kita tidak perlu repot-repot mengurus anak. Dengan hadirnya bayi itu ditengah-tengah kita hanya membuat kita susah. Bukankah hidup itu untuk bersenang-senang. Just have fun!”. Kalimat ini selalu mengganggu pikiranku. Bukannya tidak bersyukur hanya saja aku tidak suka. Kenapa hadirnya bayi itu justru membuat Mesya merasa bahagia sekali. “Ketidaksukaamu terhadap perubahan sikapku sama halnya dengan ketidaksukaanku terhadap bayi itu. Lantas bagaimana?”.

Aku semakin terpojok dengan pertanyaan-pertanyaan Mesya yang selalu mendesakku agar bicara. Ini justru membuatu muak dan kesal. Terkadang diam lebih baik daripada berbicara. Karena akan menyakitkan jika kamu tahu mereka bisa mendengarmu, tapi tak mengerti perasaanmu. Pernikahanku berantakan dengan hadirnya bayi yang dikandung Mesya. Banyak teman yang menasehatiku setiap aku datang ke ke kantor bahwa anak adalah anugrah, anak adalah rejeki, anak adalah segalanya. Shiiitt!!

MESYA

Tidak ada balasan setiap kali aku menghubungi ponsel Maddie. Bertemu di rumah serasa orang asing yang tidak pernah kenal satu sama lain. Aku tidak mempedulikan lagi kesehatan bayiku sendiri. Sampai sini sajakah aku bertahan demi orang yang sangat aku cintai. Aku pikir aku akan bahagia tetapi pada kenyataannya aku lelah, semakin aku menghibur diri sendiri  itu semakin membuatku terlihat rapuh. Apakah ini artinya aku menyesal? Telah memilih hidup bersama dengan Maddie yang aku yakini dia mampu memberiku bahagia selamanya. Oh, tidak ! Hidup terlalu singkat hanya untuk penyesalan. Cintai mereka yang memperlakukanmu dengan baik. Lupakan mereka yang tidak baik. Ini hanya ujian dari Tuhan untuk kita berdua. Tuhan pasti member cobaan tidak melebihi batas kemampuan umatnya.

Bel rumah berbunyi, “ting..tong…” Dengan keadaan terburu-buru aku menuruni anak tangga yang tidak begitu tinggi dari lantai dua. Setelah hampir menuju anak tangga terakhir, entah apa yang membuatku terpeleset hingga akhirnya aku terjatuh dan perutku serasa membentur tembok kamar yang tepat berada disebelah tangga. Kepalaku berkunang-kunang dan rasanya ada cairan yang keluar dari belahan kedua kakiku. Antara sadar dan tidak sadar itu adalah darah

MESYA

(RUMAH SAKIT)

“Bagaimana keadaanmu sayang? Maafkan aku yang tidak berhasil menjagamu. Maaf atas keegoisanku selama ini”, suara isak tangis Maddie terdengar jelas di telinga Mesya. Hal pertama yang ingin ditanyakan Mesya kepada Maddie adalah keadaan bayi mereka. “Bagaimana kondisi bayi kita? Apakah baik-baik saja? Ceritakan padaku, Maddie”.

“Kata dokter, kamu keguguran sayang. Kamu harus ikhlas ya”, dengan terbata-bata Maddie menceritakan kondisi bayi yang dikandung Mesya. “Kamu pasti bohong! Aku belum sempat melihatnya lahir ke dunia! Ini semua salahmu. Andai saja kamu mau menerima hadirnya bayi ini, andai saja kamu tidak egois dan mementingkan hidupmu sendiri, hal ini tidak pernah terjadi. Puas kamu ?! Aku sudah berusaha keras menjaga bayi ini dengan kasih sayang yang aku punya. Bagaimana bisa?! Tolong jelaskan padaku”. Mesya menangis dan tidak percaya seolah mimpi dan merasa bayi itu masih ada di dalam perutnya. Cobaan Tuhan begitu besar hingga Mesya sudah tak mampu lagi. Menangis sekuat-kuatnya tidak akan mengembalikan bayi itu kembali. Dunia serasa runtuh mendengar kabar bahwa anak yang diimpikan selama ini sudah meninggal. Hilang dan kembali kepada sang Pencipta. Adakah yang lebih sakit daripada rasa kehilangan?

Aku lebih baik tinggal sementara waktu di rumah orang tuaku. Untuk memulihkan perasaan atas kehilangan bayi yang belum sempat hadir ditengah-tengah hidupnya. Aku tidak bisa berhenti menyalahkan diriku sendiri terlebih memaafkan Maddie. Setiap malam aku menangis berharap segalanya bisa kembali. Tapi kita harus tetap hidup pada kenyataan bahwasanya segalanya terjadi pasti membawa hikmah. Tuhan tidak akan memberikan kita cobaan tanpa diiringi sebuah alasan. Tinggal bagaimana kita bisa memaknai segala cobaan yang diberikan Tuhan. Sederhana bukan. Tapi tidak banyak orang bisa memahaminya. Hanya waktu. Sekali lagi, waktu lah yang membuktikan segalanya. Suatu hari nanti.

MADDIE

Bukan hal ini yang sebenarnya aku inginkan. Melihat Mesya yang begitu sedih atasnya meninggalnya bayi itu. Ini membuatku merasa bersalah. Aku bukan suami yang tepat untuk mendampingi Mesya. Bagaimana caranya agar dia mau memaafkanku. Nyatanya kenapa aku juga merasakan hal yang sama ketika aku kehilangan bayi yang dikandung Maddie. Sakit sekali rasanya. Entah bagaimana aku jelaskan tapi hal ini membuatku meneteskan air mata. Adakah yang lebih sakit daripada rasa kehilangan?

SINGKAT CERITA

Setelah beberapa bulan kami terpisah dan tidak berkomunikasi, rindu ini semakin memuncak. Ketika kita sama-sama melihat dari jauh tanpa bertegur sapa tapi dalam hati ini keinginan untuk bertemu itu ada. Maddie dan Mesya masih memiliki rasa cinta yang berkadar sama. Dan akhirnya Mesya memutuskan untuk memaafkan Maddie yang sudah menunjukkan usahanya demi mendapatkannya kembali ke pelukannya. Hidup berdua dengan bahagia, selamanya.

Inikah jodoh yang banyak orang pertanyakan soal artinya. Dan jawabnya adalah iya. Jodoh itu adalah ketika keduanya hidup bersama dan berusaha untuk bertahan atas nama cinta. Rasakan seberapa kuat kamu bisa bertahan dalam rasa sakit itu karena semuanya adalah proses. Tidak peduli seberapa besar masalah yang datang, kita harus mampu menemukan jalan terbaik. Takdir juga lah yang membantu kita menemukan jodoh. Percayalah, Tuhan sudah menyediakan jodoh terbaik buat kita. Suatu hari nanti.

THE END

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun