Mohon tunggu...
Meli Handayani
Meli Handayani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Author

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Transformasi Digital dan Kewirausahaan: Strategi Pesantren dalam Mempersiapkan Generasi Muda Menyongsong Bonus Demografi 2045

22 Oktober 2024   13:45 Diperbarui: 22 Oktober 2024   13:48 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Diproyeksikan pada tahun 2045 mendatang Indonesia akan mendapatkan bonus demografi, di mana jumlah penduduk usia produktifnya akan jauh lebih banyak jika dibanding dengan usia nonproduktif. Hal ini akan memberikan peluang besar bagi Indonesia menjadi salah satu kekuatan ekonomi global. Akan tetapi, potensi ini tentu hanya bisa dimaksimalkan apabila sumber daya manusianya mempunyai keterampilan dan kompetensi yang sesuai dengan tuntutan zaman.

Pesantren merupakan salah satu institusi pendidikan tertua di Indonesia yang memiliki peran strategis mempersiapkan generasi muda dalam menyongsong bonus demografi ini. Di era modern kini, pesantren dapat menjadi pusat pendidikan dengan memadukan pendidikan agama yang kuat dengan keterampilan vokasional. Ada dua langkah penting guna mewujudkannya, yakni transformasi digital dalam pembelajaran dan penguatan pendidikan kewirausahaan. Dua langkah ini bukan hanya membekali santri dengan pengetahuan agama yang mendalam, melainkan juga keterampilan praktis yang diperlukan untuk bersaing di dunia kerja dan menciptakan peluang ekonomi mandiri.

Pesantren di Tengah Trasformasi Digital

            Hampir semua aspek dalam kehidupan, termasuk pendidikan telah dirubah oleh revolusi digital. Teknologi bukan lagi sebagai pilihan, melainkan sebagai kebutuhan mendesak dalam proses pembelajaran. Pesantren dikenal eksistensinya sebagai institusi pendidikan berbasis tradisi. Meskipun demikian, pesantren perlu beradaptasi dengan perkembangan zaman agar tetap relevan. Transformasi digital ini dapat membuka peluang bagi pesantren untuk memberikan pendidikan yang lebih luas, cepat, dan terjangkau.

            Transformasi digital dapat dimulai dengan pengadaan platform e-learning, media sosial, dan aplikasi digital untuk proses pembelajarannya. Dengan penggunaan teknologi ini, santri bukan hanya mendapatkan pengetahuan sebatas dalam pesantren saja, melainkan mereka juga akan mendapatkan pengetahuan melampaui dinding pesantren. Santri juga dapat mengakses materi pelajaran kapanpun dan dimana saja. Selain itu, dengan modifikasi materi yang lebih interaktif dan menarik akan meningkatkan minat belajar santri.

            Lebih jauh lagi, kurikulum pesantren harus mempunyai fokus pada literasi digital. Kini kemampuan menggunakan teknologi secara efektif merupakan salah satu keterampilan yang paling dicari di dunia kerja. Untuk itu, selain pengetahuan agama yang mendalam, pesantren dituntut pula membekali santrinya dengan keterampilan ini agar mereka mampu bersaing di pasar tenaga kerja yang semakin terdigitalisasi.

Pendidikan Kewirausahaan di Pesantren  

            Di samping transformasi digital, pendidikan kewirausahaan juga menjadi langkah penting pula dalam mempersiapkan santri menghadapi bonus demografi. Dengan pendidikan kewirausahaan, santri dilatih memiliki pola piker kreatif, inovatif, dan mandiri. Di sini diajarkan pula keterampilan untuk memulai dan mengelola bisnis. Selain itu, santri didorong menjadi seorang problem solver yang tangguh dengan kemampuan melihat peluang di tengah tantangan, serta berani mengambil resiko yag terukur.

            Pendididikan kewirausahaan di pesantren ini dapat diterapkan dalam berbagai program. Beberapa diantaranya, seperti pelatihan bisnis, simulasi usaha, atau program inkubasi startup. Pesantren juga dapat bekerja sama dengan perusahaan mitra sektor industri untuk menyediakan bimbingan dan mentoring kepada santri yang tertarik untuk berwirausaha. Dengan begini, pesantren dapat berperan sebagai institusi yang bukan hanya penyedia layanan pendidikan saja, melainkan penyedia sektor bisnis bagi generasi muda. Pada akhirnya, melalui pendidikan kewirausahaan ini pesantren dapat menciptakan lapangan kerja baru serta memiliki kontribusi pada pertumbuhan ekonomi lokal maupun nasional.

               Penguatan kewirausahaan di sini tentu juga akan dibarengi dengan kearifan lokal dan nilai-nilai budaya. Pesantren dapat mengajarkan prinsip-prinsip bisnis yang etis juga berkelanjutan. Di mana kewirausahaan ini bukan hanya berorientasi pada keuntungan, melainkan memperhatikan kesejahteraan masyarakat pula. Dengan begitu, santri bukan hanya menjadi wirausahaan yang sukses secara finansial, melainkan memiliki tanggung jawab sosial yang kuat pula.

Sinergi Transformasi Digital dan Kewirausahaan

            Penggabungan tranformasi digital dengan pendidikan kewirausahaan di pesantren akan menciptakan sinergi yang kuat dalam mempersiapkan generasi muda menghadapi bonus demografi 2045. Pendidikan kewirausahaan yang didukung dengan teknologi digital akan jauh lebih efektif. Sebagai contoh, pemanfaatan platform e-commerce untuk menjual produk yang diproduksi santri secara online, atau bisa juga dengan memanfatkan media sosial, seperti instagram, facebook, dan tiktok.

            Informasi terkini tentang pasar, trend bisnis, dan peluang usaha yang ada dapat secara mudah didapatkan santri melalui teknologi. Dengan begitu, santri akan lebih baik dan cerdas dalam mengambil keputusan bisnis. Teknologi digital juga berpeluang ke akses pasar nasional maupun internasional, tidak hanya pada lokal maupun masyarakat sekitar.

            Di era globalisasi, pengintegrasian teknologi digital dan pendidikan kewirausahaan akan menghasilkan lulusan yang siap bersaing. Bukan hanya pengetahuan agama yang kuat, melainkan santri juga memiliki keterampilan praktis yang relevan dengan kebutuhan dunia kerja saat ini. Lulusan dari pesantren ini akan menjadi generasi yang produktif, inovatif, dan berdaya saing tinggi, di mana akan siap berkontribusi dalam pembangunan bangsa di tengah bonus demografi.

Tantangan dan Peluang

            Dalam pengambilan suatu langkah atau strategi tentu akan ada tantangan yang menyertai. Begitu pula langkah strategis ini, salah satu tantangannya adalah keterbatasan infrastruktur teknologi di banyak pesantren, terutama yang berada di daerah pedesaan. Kurangnya perangkat teknologi yang memadai dan juga akses internet yang tidak stabil sering kali menjadi kendala. Oleh sebab itu, dukungan dari pemerintah dan sektor swasta sangat diperlukan untuk membantu pesantren mengatasi masalah ini.

            Tantangan lain, seperti pelatihan bagi tenaga pendidik di pesantren agar mereka dapat menggunakan teknologi digital dengan efektif dan mengajarkan kewirausahaan kepada santri juga ikut menyertai langkah ini. Tentu, langkah ini akan sukses jika dibarengi dengan pengajar yang terampil dan adaptif terhadap perkembangan zaman.

            Selain tantangan, suatu langkah atau strategi juga disertai dengan peluang. Kedua langkah diatas mempunyai peluang besar yang bisa dimanfaatkan. Indonesia memiliki santri yang besar dan tersebar di pesantren-pesantren. Peluang ini berbotensi luar biasa untuk menciptakan generasi muda yang berdaya saing global. Dengan transformasi digital dan penguatan kewirausahaan, pesantren dapat menjadi lokomotif dalam mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang unggul di era bonus demografi.

            Dapat diambil kesimpulan, peluang sekaligus ancaman bagi Indonesia turut menyertai bonus demografi 2045. Untuk memaksimalkan peluang ini, pesantren harus mampu berinovasi dan beradaptasi dengan perkembangan zaman. Dua langkah strategis ini, transformasi digital dan pendidikan kewirausahaan menjadi kunci yang dapat diterapkan pesantren dalam mempersiapkan santri menghadapi masa depan yang penuh dengan peluang.

            Dengan penggabungan kedua langkah ini, lulusan yang dihasilkan dari pesantren bukan hanya unggul pada bidang agama saja, melainkan juga memiliki keterampilan praktis yang relevan dengan kebutuhan dunia kerja serta mampu menciptakan peluang usaha sendiri. Dengan begitu, pesantren yang eksistensinya sebagai institusi pendidikan tradisi dapat terus relevan dan turut berkontribusi dalam pembangunan bangsa Indonesia di era bonus demokrasi yang akan datang pada 2045 mendatang.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun