Burung yang bertengger di atas gaharu itu tertawa. Seorang perempuan menopang dagu menghadapkan pesonanya ke laut biru yang kosong, namun penuh reruntuhan kematian. Tertawanya dia, si burung itu tak menolehkan hati si perempuan pada apa pun. Yang ada hanya kekosongan. Rasa tak tentu, Asa tak pasti, Menggeliat-geliat menahan semburan pesona kehampaan yang teramat panas. Perempuan itu bertopang dagu menatap laut lepas yang penuh reruntuhan kematian. Tak seucap desah, tak sedecak haru. Mulut diam terkunci. Tak berharap rahasia dunia tercecer. Sepenggal cerita tentang gaharu yang wangi itu, tak ingin diretasnya. Hanya tawa yang renyah di kesunyian yang masih terbawa, antara dua kehampaan yang berpadu dalam malam. ahh....perempuan yang hanya diam tak ingin bicara tentang apa-apa. Hanya ingin mengenang, tak banyak berharap. Tak ada harapan. Tak berpaut. Tak ada ucapan selamat jalan. Perempuan yang dimatikan pesonanya oleh lautan kosong yang penuh reruntuhan kematian. Sepenggal cerita tentang gaharu, hanya pengisi malam, tanpa makna.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H