"Kamu naenyaeakk?"
"Begitu syuuliiit lupakan Rehan."
Dua kalimat di atas mengusik pikiran saya. Sebenarnya, sudah lama saya ingin mengungkapkan kegundahan ini. Kalimat yang viral dan membuat kedua selegram ini menjadi terkenal di seantero jagat maya. Namun, hati saya merasa tidak menyukai apa yang mereka ucapkan itu.
Sebuah fenomena yang biasa terjadi di masyarakat kita, yaitu ikut-ikutan. Bila ada yang unik, masyarakat Indonesia mudah sekali mengikutinya padahal apa yang diikuti itu belum tentu benar dan tepat. Pokoknya, ikut saja. Lantas, dapat apa sih kita dari pola ikut-ikutan itu? Tidak ada!
Viralnya penggunaan 'naeanyeaaak' dan 'syuliit' ternyata menjadi langkah instan untuk mendapatkan status viral dan terkenal. Hanya karena ucapan seperti itu, kita terbuai oleh kesalahan yang dibuat orang tersebut. Namun, tahu tidak bahwa keterkenalan itu tidak sejalan dengan nilai sumpah pemuda yang kita pahami  "Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia."
Aduh, buat viral itu kok bikin nyebelin, ya. Apa mereka tidak mengenang sejarah sumpah pemuda? Padahal mereka itu pemuda-pemudi yang seharusnya lebih banyak menunjukkan karya lain, bukan mengacau bahasa kita melalui bahasa mleyotnya. Lalu, apa arti sumpah pemuda bagi mereka?
Sumpah pemuda adalah sumpah yang telah diucapkan hampir 1 abad itu seakan disepelekan oleh sebagian warga. Para pemuda yang berada pada kongres pemuda pada saat itu telah berjuang keras untuk menetapkan dan menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Namun, perjuangan mereka seakan disepelekan dengan perancuan demi perancuan yang dilakukan oleh pemuda itu sendiri.
Apa susahnya sih mengucapkan suatu kata dengan tepat? Bukankah kita bisa mengucapkan kata 'nanya' dan 'sulit' sesuai dengan kaidahnya, tanpa ditambah-tambah hurufnya? Dari sejak SD sampai kuliah, saya yakin di setiap jenjang kita diajarkan bahasa Indonesia. Adakah para guru mengajarkan kalau 'nanya' atau 'sulit' itu diucapkan dengan gaya mleyot?
Para guru tahu benar dan menghargai penggunaan bahasa Indonesia yang baik sehingga dalam mengajar pun mereka akan mengajarkan penggunaan kata dan bahasa  baku untuk kecakapan berbahasa. Lalu, dari mana si viral mendapatkan bahasa 'mleyot' ini? Salahnya, banyak warga kita yang terpukau dan ikut membagikan sehingga virallah di seluruh Indonesia.
Bagi saya pribadi, bahasa 'mleyot' ini tidak sesuai dengan pribadi bangsa ini dan merusak tatanan bahasa yang sebenarnya. Mereka yang telah memviralkan ucapan ini seharusnya berintrospeksi bahwa kerusakan berbahasa akan terus terjadi bila tidak diubah.Â
Siapa lagi yang bisa menjaga bahasa persatuan kita, bahasa Indonesia kalau bukan para pemuda-pemudi bangsa ini? Kita bisa menjaga bahasa ini dengan cara menggunakan pedoman berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Dengan berbahasa yang sesuai standar, itu menunjukkan bahwa kita benar-benar bangga dengan bahasa kita.