Alhamdulillah, hari ini kita sudah menjalankan puasa yang ke-16. Sampai hari ini kedua anak saya tidak banyak mengeluh saat berpuasa. Saat tidak bisa sahur pun karena kesiangan mereka tidak mengeluh lapar atau haus. Berikut kisah ketika kami kesiangan bangun sahur.
Pada ramadan yang ke-4, entah mengapa seluruh rumah sangat nyenyak tidur. Saya pada hari itu sudah bangun dan sudah menanak nasi. Namun, tidur sebentar di depan TV. Tanpa diduga, saya terbangun dan waktu sudah menunjukkan pukul 04.30. Bergegas saja saya membangunkan suami dan anak. Anak sulung saya yang masih 8 tahun sempat makan, sedangkan yang kedua belum makan sama sekali.
Sebenarnya saya yang ketar-ketir melihat dia berpuasa. Namun, saya lihat kondisi tubuhnya normal seperti hari biasa. Mainnya pun masih full energi. Saya yang  mengira dia tidak akan tahan untuk melanjutkan puasa. Namun, kenyataannya tidak begitu. Dari subuh sampai sore dia tidak mengeluh lapar atau haus.
"Mas bisa puasa full," katanya setelah berbuka.
"Ya, itu kalau sehari. Coba kalau Mas lakukan berhari-hari, maka yang ada adalah lemas. Dalam Islam semua bentuk ibadah ada aturannya, Mas. Puasa pun ada aturannya. Aturan-aturan itu memberikan kemanfaatan untuk kita. Jadi, ikuti aja, insya Allah kita tidak akan dirugikan karena menjalankan aturan tersebut," jelas saya.
Penjelasan sudah, mencontohkan cara berpuasa dengan aturan-aturannya sudah saya lakukan, dan anak-anak melihatnya langsung. Mereka tinggal mengamalkan semuanya. Meskipun pasti akan ada kendala dalam pelaksanaanya, saya pikir itu wajar. Ya, karena mereka masih belajar. Proses yang akan menentukan pelaksanaan sebenarnya ketika mereka baligh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H