Ilustrasi - dokter (Shutterstock)
Tepat hari ini 24 Oktober 2015, sebagian warga Indonesia memperingati Hari Dokter Nasional setiap tanggal 24 Oktober. Kenapa sebagian? Karena memang hari dokter nasional kurang dikenal luas masyarakat secara umum. Dan memang sampai saat ini tidak ada perayaan spesial penyambutan Hari Dokter Nasional.
Bagi kalangan medis sendiri, diharapkan hari dokter nasional dijadikan sebagai momen refleksi bagi seluruh dokter di tanah air untuk terus mengembangkan ilmunya di bidang medis. Selain itu, selalu menunjung keselamatan dan mempertahankan sikap etis dan profesional.
Sebenarnya ditetapkan tanggal 24 Oktober sendiri sebagai hari dokter nasional karena pada tanggal 24 Oktober 1950 dr. Soeharto menghadap notaris untuk memperoleh dasar hukum berdirinya perkumpulan dokter dengan nama Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Sehingga lebih tepatnya lagi kita menyebut ini adalah hari lahirnya organisasi profesi Ikatan Dokter Indonesia yang ke-65 tahun.
[caption caption="Dokter untuk kemajuan bangsa | Sumber Gambar: http://baloemar.deviantart.com/art/Poster-dokter-utk-bangsa-65388594"]
Dokter sebagai bagian sejarah perjuangan bangsa
Sejarah perjalanan dokter Indonesia memang sangat panjang dan berliku, terlebih jika berkaca saat zaman perintis kemerdekaan, di mana dokter pribumi dijadikan sebagai dokter kelas dua bahkan eksistensi mereka seperti dihalang-halangi. Kenapa? Sebab dokter pribumi pada saat itu adalah seorang intelek dimana pemikiran mereka tidak hanya berkutat di bidang medis, tetapi mempunyai visi ke depan terhadap gerakan kemerdekaan Indonesia.
Sebagai contoh adalah dr. Sutomo, di mana beliau bersama rekan-rekan lulusan STOVIA mendirikan Budi Utomo, organisasi yang membuat Indonesia menghadapi suatu zaman, yakni pergerakan nasional. Manakala hari didirikannya diperingatkan sebagai Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei 1908. Dokter Sutomo sendiri tidak menetapkan tarif kepada setiap pasiennya, terkadang pasien tersebut mendapatkan pengobatan tanpa biaya.
Selanjutnya dr. Cipto Mangunkusumo, Douwes Dekker, dan Suwardi Suryaningrat adalah tiga tokoh pendiri Indische Partij. Tujuan partai itu adalah untuk mempersiapkan kehidupan bangsa Indonesia yang merdeka. Semboyan partai itu adalah Hindia for Hindia, yang berarti Indonesia hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang menetap dan bertempat tinggal di Indonesia tanpa terkecuali dan tanpa memandang apapun jenis bangsanya. Hindia adalah sebutan untuk Indonesia waktu itu. Partai ini adalah salah satu penggerak terjadinya persatuan Indonesia.
Sejarah terbentuknya IDI sendiri dimulai tahun 1926, Perkumpulan Vereniging van Indische Artsen berubah namanya menjadi Vereniging Van Indonesische Genesjkundigen (VGI). Kata “Artsen” memberi arti bahwa dokter juga memiliki jiwa seni, melakukan tindakan jangan membuat tubuh pasien terlihat buruk.
Menurut Prof. Bahder Djohan,perubahan nama ini berdasarkan rasa nasionalisme, dimana dokter pribumi dianggap sebagai dokter kelas dua. Tahun 1940,VIG mengadakan kongres di Solo. Kongres menugaskan Prof. Bahder Djohan untuk membina dan memikirkan istilah baru dalam dunia kedokteran. Tahun 1943, dalam masa pendudukan Jepang, VIG dibubarkan dan diganti menjadi Jawa izi Hooko-Kai.