Mohon tunggu...
meldi latifah saraswati
meldi latifah saraswati Mohon Tunggu... -

Communication Studies

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Wanita Sittil Kull

9 September 2015   09:17 Diperbarui: 9 September 2015   09:17 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dulu Pengasuh Pondok Pesantren saya sering menyebutkan beberapa dalam nasehatnya “ Anakku jadilah perempuan yang sittil kull wa sholihat fii kulli zaman wal makan” yang artinya sitti berasal dari kata sayyidah yang berarti perempuan dan kull yang berasal dari kata kulli yang artinya semuanya/serba bisa, jadi wanita yang serba bisa dan sholehah kapanpun dan dimanapun. sittil kull berasal dari kata sayyidati kulli yaitu wanita yang serba bisa. Itulah yang sering saya dengarkan ketika beliau memberi nasihat di depan santriwati. Dalam hal ini kita bisa menyimpulkan arti serba bisa ini kita harus menjadi perempuan yang bisa segalanya dalam arti tidak hanya bisa memasak, membersihkan rumah dan mencuci saja tapi juga berprestasi dalam segala hal, akademik maupun non akademik. Akademik yaitu berprestasi dalam pendidikan, non akademik semisal dalam olahraga, musik, tilawah Al-Qur’an, dan lain-lain. Dan juga mampu ditempatkan dimanapun berada, menjadi panutan bagi pemuda-pemuda lainnya, etika dan pola pikirpun juga harus baik

Generasi masa depan akan ditentukan oleh calon-calon Ibu sekarang. Sebagai calon Ibu masa depan harus berlatih dari sekarang karena calon-calon tokoh masyarakat nanti akan terlahir dari perempuan yang hebat. Suatu generasi bangsa negara akan terlihat baik jika dilihat dari para ibu-ibu, apabila ibunya baik akan melahirkan anak yang baik pula. Karena seorang Ibu ibarat sebuah sekolah apabila sekolah itu benar maka murid-muridnya juga akan benar dan apabila muridnya salah maka sebuah sekolahnyalah yang akan terlihat gagal. Untuk menjadikan seorang anak yang hebatpun butuh sebuah pengorbanan yang tidak lain adalah ibu yang akan mengasuh dan meluangkan waktunya untuk sang anak, tidak hanya akademisnya saja tapi sejatinya orang tualah yang mendidik agamanya.

Waktunya sekarang hanya memantaskan diri untuk menjadi yang lebih baik karena itu konsekuensi dari orang yang ingin mendapatkan seseorang yang baik pula. Dan bukan hanya itu bukankah kita sering mendengar “ Dibelakang tokoh-tokoh besar terdapat perempuan yang sholihah ”. sholihah disini adalah baik akhlaq, iman dan taqwa dalam konteks perbuataannya seiringan dengan perkataannya. Sebagai perempuan yang sholihah kita juga harus mendukung suami dari belakang, karena disuatu kehidupan dimana seorang suami akan selalu membutuhkan istri, begitu sebaliknya. Tanpa seorang istri yang kuat dan hebat dengan dukungannya suami tidak akan bisa berkiprah dimasyarakat, karena kunci dari sebuah rumah tangga adalah komunikasi.

           Perempuan itu mahal harganya, bagaikan mutiara didalam kerang harus selalu terlindungi dan tidak tersentuh oleh apapun karena jika sekalinya muncul akan terlihat indah dan seperti baru, begitulah ibarat perempuan. Maka sepatutnya kita selalu menjaga diri, menutup aurat yang tidak seharusnya terlihat selain mahromnya agar terlihat anggun dimanapun dan kapanpun.

Meningkatkan pribadi unggul secara mentalitas, akhlaq, dan Intelektual inilah dasar dasar yang harus dimilki setiap individu untuk menjadikan perempuan yang serba bisa dalam segala hal atas prinsip pendidikan, pengabdian terhadap masyarakat sehingga kita mampu menjadi mandiri, aktif, kreatif dan dinamis. Dan memulai perubahan generasi yang lebih baik di tahun yang akan datang. Menumbuhkan akhlaq yang baik kepada anak, karena mengajarinya menjadi orang baik tidaklah mudah daripada menjadikannya pintar. Hal yang utama yang harus didasari generasi muda adalah menjadikan mereka orang-orang yang baik dari segi apapun untuk dasar kehidupan agar menjadikan negara yang berpenghuni jujur, adil dan makmur..

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun