Mohon tunggu...
Melda Alfi Setyoningrum
Melda Alfi Setyoningrum Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Sedang Menempuh strata 1 di Fakultas Psiologi di UIN MALIKI MALANG (Bermimpilah dan selalu rencanakan jalan hidupmu barangkali itu yang akan terjadi kedepannya)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pengaruh Stres Terhadap Otak

4 Oktober 2014   00:52 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:28 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Jika berbicara tentang stress, maka manusia kebanyakan akan berpikir tentang orang yang memiliki kondisi bermasalah, gangguan dan merusak ketentraman lingkungan. Memang benar, stress merupakan sumber yang mengganggu tubuh dan pikiran manusia, tetapi seharusnya sebagai manusia yang normal, kita harus berpikir tentang pengaruh stress terhadap diri manusia. Misalnya saja pengaruh stress terhapap kesehatan otak yang akan dibahas lebih lengkap dalam artikel ini.

Sayangnya stress ini merupakan bagian yang tidak dapat kita hindari dalam kehidupan sehari-hari. Karena stress berakar pada naluri dasar untuk bertahan hidup, yang kita kenal sebagai respon “lawan atau lari”, sehingga memicu zat kimia dalam otak dan tubuh yang dirancang untuk membantu kita mengelola situasi yang mengancam.

Hampir semua orang tahu gejala fisik dari stres berat seperti: jantung berdetak cepat, telapak tangan berkeringat, perut terasa tidak enak. Kita mungkin juga mengalami stres tingkat rendah, yang berlangsung terus menerus tanpa gejala-gejala tersebut. Namun, bahan kimia yang diproduksi tubuh ketika stres berat ataupun ringanterjadi adalah sama dan memberikan dampak negatif bagi tubuh di tingkat sel.

Stres jangka panjang, kecemasan dan depresi telah dikaitkan dengan peningkatan risiko demensia dan penyakit Alzheimer. Bahkan beberapa penelitian menunjukkan bahwa stress jangka panjang merangsang pertumbuhan protein yang dapat menyebabkan Alzheimer dan hal tersebut dapat menyebabkan hilangnya memori.

Dampak stres pada kesehatan otak tampaknya juga dipengaruhi oleh perilaku atau kebiasaan yang juga dapat membahayakan otak. Salah satu manajemen stres yang sering orang lakukan, seperti: makan berlebihan, minum alkohol dan merokok, dapat meningkatkan risiko kerusakan otak dalam bentuk stroke.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun