Bahkan ibu melupakan semua yang terjadi di masa lalu sepeninggal kakek dan nenekmu. Setahun kemudian tepatnya ketika ibu berada di semester tiga, semua terjawab. Ternyata mereka yang kelihatan cantik setara dengan ibu tengah dipersiapkan untuk menjadi korban dari bisnis gelap wanita tua yang kami panggil ibu itu.Â
Kami semua adalah korban dari bisnis gelapnya. Semuanya jelas ketika saat sepulang kuliah, wanita tua itu meminta ibu untuk melayani "lelaki hidung belang" yang ternyata tertarik dengan kecantikan ibu. Ibu hanya bisa diam dan membisu atas semua permainan dalam perjalanan kisah hidup yang tengah dijalani. Begitulah Sophia, kami dikenal sebagai "wanita penghibur" setiap lelaki yang ingin hawa nafsunya terpuaskan.Â
      Pada saat ibu ingin menyibukkan diri dengan skripsi, seorang laki-laki seumuran ibu mengutarakan cintanya kepada ibu. Awalnya ibu tak menghiraukannya sebab jika ia mengetahui masa lalu ibu, maka kebenciannya begitu dalam terhadap ibu. Namun, ibu tak menyangka bahwa ia sangat mencintai ibu apa adanya. Waktu ibu menceritakan semua hal di masa lalu, tanggapnya ia tak mencintai masa lalu ibu melainkan ibu yang sekarang ia kenal.Â
Sophia, ibu sangat bahagia mendengarnya. Ternyata masih ada lelaki yang mencintai ibu dengan tulus. Ibu pun menerimanya dengan tulus. Saat itu, ibu berpikir untuk keluar dari rumah penuh dosa yang selama ini menjadi tempat terburuk yang pernah ibu alami. Ternyata kemauan ibu pun berhasil ketika wanita tua itu tertangkap polisi atas bisnis gelapnya. Sekali lagi, ibu merasa Tuhan ada di pihak ibu.Â
       Setelah keluar dari masa lalu yang mencekam, ibu pun memutuskan untuk mengontrak rumah. Dan ibu tiada henti bersyukur karena seusai menjalani wisuda, ibu mencoba mengikuti tes cPNS. Alhasil ibu pun lulus dan ditempatkan di lembaga yang memperjuangkan keadilan.Â
Setelah bekerja di tempat itu, ibu mencoba meminta kepastian dari lelaki yang ibu cintai. Saat malam indah ditemani rembulan yang beradu kasih dengan bumi ini, ia mengatakan siap menikahi ibu.Â
Dan kami menghabiskan waktu selayaknya sepasang merpati yang beradu kasih. Tiga bulan kemudian seusai malam penuh berarti itu, ibu mengalami suatu keanehan dalam diri ibu. Menanggapi semua itu, ibu pun ke dokter untuk berkonsultasi perihal rasa sakit yang ibu derita. Nyatanya, ibu telah mengalami fase "telat tiga bulan". Hal itu tentunya sangat membahagiakan ibu. Sebab melahirkan buah hati dari lelaki yang ibu cintai adalah sebuah kebahagiaan sejati yang pernah ibu rasakan. Ibu merasa tak akan ada yang memisahkan kami suatu hari nanti.Â
Namun, suatu hal yang tak pasti dan menyayat hati adalah ibu didiagnosis kanker payudara. Sakit seperti tertusuk duri dan berdarah yang membutuhkan waktu lama untuk sembuh. Sophia, apa kamu tahu? Kehadiranmu dalam rahim kala itu adalah kebahagiaan ibu di atas rasa sakit yang mendera ibu. Selepas ibu menceritakan semuanya kepada lelaki itu, ia merasa marah dan tak terima. Sebab, ia berpikir bahwa bukan hanya ia saja yang menghampiri ibu. Ia menyangkal bahwa anak dalam rahim ibu bukanlah anaknya.Â
Ia juga mengatakan bahwa mungkin saja anak yang dalam kandungan ibu adalah anak dari lelaki yang pernah menghampiri ibu. Lantas ia pergi meninggalkan ibu dengan sakit yang menghantam kalbu ibu terlalu dalam.
    Sophia, apa kamu tahu? Ibu tak pernah membencinya. Jika ibu membencinya maka ibu pun membenci anak yang ada dalam rahim ibu yang tak lain adalah dirimu. Ibu hanya ingin menunjukkan bahwa ibu kuat. Tanpa seorang ayah, ibu masih bisa membesarkan dan menyayangimu.Â
Kesendirian ibu berubah saat kamu hadir menyapa dunia yang kejam ini. Sophia, kamu layak membenci ibu karena masa lalu ibu yang tak berkenan di hatimu. Ingatlah, kamu bukanlah anak yang seperti dikatakan lelaki itu. Kamu adalah anak ibu yang hadir karena rasa cinta. Kamu anak adalah permata bagu ibu