Menulis bukanlah hal yang tabu lagi untuk didengar oleh mahasiswa terkhusus mahasiswa Ilmu Komunikasi. Komunikasi identik dengan kata-kata sehingga mahasiswa Ilmu Komunikasi pun tidak akan pernah terlepas dari menulis. Lalu banyak pertanyaan yang terbesit di pikiran kita. Apakah seluruh sarjana Ilmu Komunikasi wajib menulis? Apakah menulis menjadi syarat utama jika ingin menjadi sarjana Ilmu Komunikasi? Dan apakah mahasiswa Ilmu Komunikasi kerjaannya hanya menulis?. Nah, bagaimana pandangan kita menanggapi pertanyaan-pertanyaan tersebut?.
Sebagai mahasiswa Ilmu Komunikasi kita memang diajarkan dan dilatih untuk dapat menulis sekreatif mungkin. Setiap semesternya jurusan Ilmu Komunikasi menawarkan berbagai macam mata kuliah yang mengajarkan kita untuk dapat mengeluarkan aspirasi, opini, maupun pendapat kita melalui menulis kreatif. Setiap mahasiswa akan dibekali dengan ilmu-ilmu seputar menulis dan dibimbing. Dan tak sedikit juga mahasiswa Ilmu Komunikasi yang mempunyai bakat menulis baik itu menulis opini, cerita, essay, dan lain-lain.Â
Di setiap mata kuliah, mahasiswa Ilmu Komunikasi tidak akan terlepas dengan yang namanya menulis dan berbicara. Praktik menulis dan berbicara akan terus diasah sehingga secara sadar maupun tidak, mahasiswa Ilmu Komunikasi akan terus terlatih akan dua hal tersebut.
Mempunyai kemampuan menulis bukanlah syarat utama jika ingin menjadi mahasiswa Ilmu Komunikasi. Banyak mahasiswa baru Ilmu Komunikasi yang belum dapat menulis dengan kreatif dan benar. Namun, seiring berjalannya waktu, kemampuan menulis tersebut akan terasah dengan sendirinya dan tidak menutup
kemungkinan orang yang awalnya tidak pandai menulis kreatif suatu saat akan menjadi penulis yang sangat handal dan profesional.
Sekedar membagi pengalaman. Saya awalnya tidak memiliki niat sedikitpun untuk belajar menulis karena memang dari dulu saya tidak suka menulis.
Semenjak menjadi mahasiswa Ilmu Komunikasi, kemampuan menulis saya terus dilatih dan diasah lewat berbagai tugas yang mengharuskan saya untuk menulis
sekreatif mungkin, baik itu essay, opini, cerpen, dan lain-lain.Â
Memang awalnya saya merasa sangat berat hati untuk menulis, namun, seiring berjalannya waktu, saya menjadi terbiasa. Menulis juga membuat saya merasa ketagihan. Imajinasi dan pemikiran yang selama ini saya simpan sendiri mulai keluar dan meminta untuk dituliskan. Saya pun baru sadar bahwa menulis semenyenangkan itu.
Setelah dari tadi saya membahas tentang menulis dijurusan Ilmu Komunikasi, pasti banyak dari kalian yang beranggapan bahwa Ilmu Komunikasi kerjaannya
hanya menulis dan berbicara. Tapi sayang, anggapan tersebut tidaklah benar. Memang Ilmu Komunikasi identik dengan menulis kreatif, namun masih banyak
hal yang didapat dengan menjadi mahasiswa Ilmu Komunikasi selain kemampuan menulis. Contohnya seperti kemampuan berbicara dimuka umum, fotografi,
pembuatan film, debat, dan lainnya. Menulis memang menjadi salah satu kemampuan dasar sarjana Ilmu Komunikasi tetapi bukan satu-satunya. Banyak hal
yang bisa didapat jika kita menjadi sarjana Ilmu Komunikasi dan hal tersebut dapat disesuaikan dengan minat dan bakat kita masing-masing.
Dari pernyataan saya diatas dapat disimpulkan bahwa sarjana Ilmu Komunikasi memang wajib memiliki kemampuan dasar menulis namun tidak diwajibkan untuk berkecimpung didunia tersebut. Kita memang dibekali untuk pandai menulis sekreatif mungkin, namun, pilihan tetaplah ditangan kita. Dan kita harus menyesuaikan pilihan tersebut dengan bakat dan minat kita masing-masing.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H