Pendidikan tak lain menjadi salah satu hal  yang penting adanya untuk memajukan suatu Negara, karena perkembangan Negara tersebut dilihat dari mampu tidaknya setiap individunya dalam mengembangkan iptek yang ada. Dalam pembelajarannya, pendidikan tidak juga menyampingkan segi moral dan etika siswa untuk pula di didik dengan baik dan benar. Karena moral dan etika yang terdidik akan menjadi acuan hidup berbangsa dan bernegara yang baik dan benar pula. Oleh karena itu, selain perlu dan pentingnya pengetahuan dalam dunia pendidikan, siswa dan para pemuda khususnya juga perlu mengupas secara dalam mengenai moral dan etika yang harus dibenahi sejak awal, yang mana hal tersebut akan menjadi bekal nya dalam kehidupan bermasyarakat seterusnya.
Pembenahan moral dan etika siswa ini biasanya dibina dan dikembangkan melalui program bimbingan dan konseling yang ada disekolah. Ketika guru mata pelajaran ataupun guru wali kelas menemukan kejanggalan pada salah satu siswanya, entah kejanggalan tersebut berupa kenakalan yang tidak wajar, kemampuan memahami materi yang sangat lambat, serta adanya siswa yang selalu malas dalam setiap pembelajarannya. Guru tidak boleh semerta merta menyalahkan siswa tersebut dengan langsung mengatakan siswanya bodoh, malas, nakal dan lain sebagainya. Karena guru perlu faham apa yang menjadi sebab adanya kemalasan siswa disekolah, Â kenakalan siswa dan juga kemampuan siswa yang menjadi terpendam. Mungkin saja perihal masalah disekitar lingkungannya, masalah dengan orang tuanya, atau dengan temannya, dan juga dapat siswa tersebut memang memiliki masalah khusus dengan gurunya.
Menjadi seorang guru tidak hanya dituntut untuk menjadi tenaga pendidik yang mampu menghasilkan lulusan lulusan siswa siswi yang cerdas dan pintar saja, melainkan guru dan sekolah harus mendukung pembentukan moral dan etika siswa itu sendiri, atau yang biasa disebut dengan pendidikan karakter. Setiap siswa pastinya memiliki karakteristik yang berbeda-beda, yang mana setiap karakteristiknya pasti memiliki kelebihan dan kekurangan masing masing didalamnya.
Sebagai contoh, si A adalah anak yang cerdas dalam salah satu pelajaran, namun sayangnya anak tersebut tergolong egois dan enggan membantu temannya yang kesulitan memahami pelajaran yang sudah dikuasainya, maka perlu lebih diulas dan dibina lagi karakter karakter yang tidak seharusnya dikembangkan. Karena pendidikan tidak hanya bertujuan mencetak generasi bangsa yang cerdas, namun juga berguna bagi nusa, bangsa dan Negara nya itu sendiri.
Sebelum itu, pendidik perlu tau apa yang dimaksut dengan karakter dan hal hal mengenai karakter itu sendiri. Menurut beberapa ahli karakter memiliki pengertian sebagai berikut,
Menurut Doni Kusuma, karakter merupakan ciri, gaya, sifat, atau pun katakeristik diri seseorang yang berasal dari bentukan atau pun tempaan yang didapatkan dari lingkungan sekitarnya. Menurut W. B. Saunders, karakter merupakan sifat nyata dan berbeda yang ditunjukkan oleh individu. Karakter dapat dilihat dari berbagai macam atribut yang ada dalam pola tingkah laku individu. Menurut Gulo W. Pengertian karakter adalah kepribadian yang dilihat dari titik tolak etis atau pun moral (seperti contohnya kejujuran seseorang).
Karakter biasanya memiliki hubungan dengan sifat -- sifat yang relatif tetap. Menurut Alwisol, karakter merupakan penggambaran tingkah laku yang dilaksanakan dengan menonjolkan nilai (benar -- salah, baik -- buruk) secara implisit atau pun ekspilisit. Karakter berbeda dengan kepribadian yang sama sekali tidak menyangkut nilai -- nilai.
Jadi, adanya karakter pada diri manusia sebenarnya didasari oleh lingkungannya sejak ia mampu menangkap dan mengolah pengetahuannya sendiri. Mau seperti apa dia tergantung lingkungan dan dirinya sendiri dalam mengolahnya.
Maka dari itu, betapa pentingnya sekolah untuk tidak hanya menjadi leading ilmu bagi siswanya, melainkan juga menjadi teman dekat siswa itu sendiri, melalui gurunya, temannya, dan program programnya. Yang dimaksut teman dekat disini adalah, barangkali saja permasalahan siswa yang ada dilingkungannnya membuatnya menjadi frustasi dan kehilangan semangat belajar, kemudian guru dan temannya berusaha mencari tau masalahnya, membantu menenangkannya dan senantiasa memberi semangat bagi dirinya. Pada program seperti dengan memfasilitasi siswa tersebut untuk selalu bercerita dengan gurunya, dan lain sebagainya. Hal ini jika diterapkan maka tujuan pendidikan tidak akan tumpul nantinya. Maka akan tajam dan sesuai arah yang diinginkan.
Indonesia pada sejatinya merupakan Negara yang berkarakter di masanya, yang mana pada rakyat jawa yang dominan dengan kesopanan tingkah lakunya, serta toleransi setiap rakyatnya. Potensi ini jika sejak lama dijadikan acuan mendasar maka Indonesia secara tidak langsung sudah melangkah lebih jauh di bandingkan Negara maju diluar sana, yang sampai saat ini masih ber upaya meningkatkan pendidikan karakter di negaranya. Hanya saja, kurang fokusnya Indonesia pada potensinya, dan adanya penurunan tingkat keseriusan manusia didalamnya, menjadikan Indonesia terseret arus globalisasi yang semakin menyeramkan.
Teknologi dengan sangat canggih menjadikan manusia tak perlu lagi bersusah payah saling bekerja sama, saling bertukar informasi satu sama lain guna memper erat tali silaturahmi, serta lainnya. secara tidak langsung menjadi tantangan pendidikan karakter untuk mencegah siswa terseret tekhnologi yang memanjakannya. Yang pada akhirnya menjadikan siswa tersebut bersifat egois dan tidak peduli lingkungannya.