Masih tingginya angka kejadian anemia pada remaja dapat berdampak buruk bagi kesehatan reproduksinya, terlebih lagi kejadian anemia ini dapat terbawa sampai remaja tersebut hamil dan melahirkan jika tidak mendapatkan penanganan yang tepat. Pada kegiatan Pengabdian Masyarakat ini dilakukan skrining awal untuk mendeteksi adanya anemia pada remaja. Salah satu skrining awal yang dilakukan adalah dengan melakukan pengukuran TB dan BB untuk menentukan IMT, pengukuran LILA dan menentukan tanda klinis anemia.
Mengetahui status indeks massa tubuh merupakan bagian dari upaya untuk mencegah status gizi kurang maupun obesitas. Langkah pencegahan yang dapat dilakukan antara lain: Menerapkan pola makan sehat, Menjaga berat badan tetap ideal, Mengontrol gula darah dan melakukan tes secara berkala, Mengelola stress, Berolahraga dengan teratur, Istirahat dengan cukup. Dengan pemantauan IMT secara rutin secara tidak langsung kita mencegah atau menghindarkan diri dari resiko terkena penyakit jantung, diabetes, gangguan pernapasan, dan lainnya. Sehingga penting untuk mengetahui indeks massa tubuh normal dan melakukan pengecekan secara teratur.
Selain pemeriksaan diatas juga dilakukan pemeriksaan darah sebagai dasar diagnosa adanya anemia pada remaja tersebut. Parameter laboratorium pada Anemia Defisiensi Besi untuk skrining dan pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan melalui pemeriksaan tes hematologi (Hb, Ht, RDW, MCV,CHr), tes biokimia (serum ferritin, TIBC, ZPP, serum besi, saturasi transferrin). Pemeriksaan biokimia yang dilakukan dalam manajemen anemia defisiensi besi adalah Total Iron Cinding capacity (TIBC) dan saturasi transferrin.
Saturasi transferin adalah jumlah besi yang ada di plasma atau serum, kadar besi dalam serum digunakan untuk menghitung persen saturasi. Saturasi transferin diketahui dengan kadar serum iron terhadap kapasitas daya ikat besi total (TIBC) dalam persen kejenuhan. Pengukuran status besi ini menunjukkan kadar transferin yang terikat dengan besi. Pada kondisi defisiensi besi absolut maupun defisiensi fungsional, Kadar saturasi transferin dapat mencapai < 20%. Saturasi transferin > 45% dapat terjadi pada penyakit hemokromatosis, transfusi berulang dan keracunan besi. Peningkatan saturasi transferin dapat terjadi pada kondisi post pemberian zat besi intravena sedangkan penurunan saturasi transferin akan terjadi ada kondisi infeksi atau kanker (Suega K, 2015). Kadar besi dalam serum dan TIBC digunakan untuk menghitung persen saturasi. Nilai Saturasi transferrin kurang dari 16% merupakan indikator adanya defisiensi besi. Saturasi transferin dapat meningkat jika terjadi kelebihan jumlah besi (overload).
Kegiatan Pengabdian Masyarakat ini dilaksanakan oleh Tim Pengabdian Masyarakat Prodi Kebidanan Fakultas Ilmu kesehatan Universitas dr. Soebandi di SMK Baitul Hikmah Tempurejo dengan remaja putri sebanyak 21 orang. Sasaran dalam kegiatan ini adalah seluruh remaja putri SMK Baitul Hikmah Tempurejo. Dari hasil kegiatan Pengabdian Masyarakat yang telah dilakukan didapatkan dari 21 orang remaja putri yang bersedia menjadi responden dalam kegiatan tersebut, sebanyak 10 orang remaja putri (47,6%) memiliki kategori saturasi transferin yang tidak normal dan 11 orang remaja putri (52,4%) memiliki kategori saturasi transferin normal.
Kegiatan pemeriksaan ini bertujuan agar remaja putri memahami tentang pentingnya pemeriksaan saturasi transferin sebagai upaya preventif deteksi dini adanya anemia pada remaja putri. Pada pengabdian ini dilakukan pemeriksaan kesehatan kepada remaja putri berupa pengukuran BB (berat badan), TB (tinggi badan), LILA (lingkar lengan atas) dan IMT (indeks massa tubuh), kadar Hb (Haemoglobin), kadar Saturasi Transferin remaja putri. Kegiatan pemeriksaan ini berlangsung kurang lebih 60 menit dan terlaksana dengan tertib dan lancar serta mendapat antusias yang baik dari para peserta dan pihak sekolah SMK Baitul Hikmah Tempurejo. Kegiatan yang dilakukan adalah melalukan pemeriksaan kesehatan sekaligus memberikan edukasi kesehatan berupa penyuluhan yang meliputi pentingnya pemeriksaan biokimia yang dilakukan dalam manajemen anemia defisiensi besi, program wajib pemerintah berupa konsumsi Fe bagi remaja putri dan memberikan pengetahuan mengenai nilai normal hasil pemeriksaan saturasi transferin serta tatalaksananya apabila didapatkan hasil yang tidak normal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H