Guru merupakan sosok panutan dan contoh bagi peserta didik. Â Keberhasilan pendidikan karakter sangat tergantung dari peran seorang guru. Salah satu peran utama guru adalah meningkatkan kompetensi akademik siswa. Guru harus mampu menyampaikan materi pelajaran yang menarik dan mudah dipahami, sehingga siswa dapat meraih prestasi akademik yang tinggi.
Di era globalisasi dan digitalisasi seperti ini, guru memiliki tanggung jawab untuk mendorong kreativitas dan inovasi siswa. Tapi di zaman yang semakin canggih seperti sekarang, peran seorang guru tidak lagi hanya sebatas mengajar, memberi materi, dan membentuk karakter siswa saja. Seorang guru harus mampu merangkul, mengayomi, hingga harus bisa memotivasi siswa agar mempunyai semangat juang dan belajar yang tinggi.
Di era banyaknya penyakit semacam mental health, depresi, tuntunan orang tua, keluarga, dkk, seorang siswa sangat membutuhkan guru yang bisa diajak bertukar pikiran, serta berkeluh kesah. Kebanyakan di era sekarang ini, siswa tak membutuhkan guru yang cantik, guru yang pintar, atau bahkan guru yang kaya. Tapi siswa lebih membutuhkan guru yang bisa merangkul mereka, menjadikan guru sebagai teman, tempat untuk curhat, terlebih lagi jika siswa tersebut memiliki latar belakang keluarga yang kurang baik.
Menjelang masa ujian atau bagi rapor seperti ini, biasanya tak sedikit siswa yang dituntut harus pintar, mendapatkan nilai tinggi, dan harus mendapatkan ranking. Seperti kasus yang baru beberapa Minggu ini terjadi, seorang anak SMP berusaha membunuh ayah dan ibunya karena tuntunan prestasi. Terkadang, hal seperti itulah yang semakin membuat mental anak tertekan, tidak percaya diri, dan enggan untuk sharing kepada orang tua. Sehingga tak jarang banyak anak yang lebih senang bersama dengan gurunya dibanding orang tuanya.
Bu Chrisma Nainggolan, atau biasa kami singkat dengan Bu CN, beliau merupakan tenaga pendidik di dua sekolah Menengah atas, di Labuhan Batu Utara. Tepatnya, Beliau guru pengampu Bidang studi Ekonomi. Â Rata-rata anak yang dekat dengan beliau adalah anak-anak yang mempunyai latar belakang yang kurang baik. Mulai dari anak broken home, anak bandal, jogal, dll sebagainya. Bahkan anak yang sering di Cap bodoh, goblok, oleh guru-guru yang lain.
Tapi beliau mempunyai Kepribadian yang berbeda, Tak pernah sedikitpun membully, atau bahkan mengata-ngatai siswa. Setiap siswa selalu beliau rangkul, bahkan beliau memberi ruang kepada siswa-siswanya untuk bercerita, kemudian memberi solusi, hingga kami benar-benar nyaman dengan beliau.
Aku Pribadi memanggil Bu CN dengan panggilan "Mak", karena bagiku, beliau tidak hanya sekedar guru, tapi sudah menduduki posisi sebagai orang tuaku di hidupku. Aku yang mempunyai latar belakang broken home, sangat amat membutuhkan guru idola yang bisa dijadikan panutan, bisa dijadikan orang tua seperti beliau.
Tak pernah sedikitpun keluar dari lisan beliau untuk menjatuhkan kami, menjatuhkan kepercayaan diri kami, dan merobohkan semangat kami.
Meski usia beliau sudah dibilang tidak muda lagi, tapi semangat belajarnya begitu luar biasa. Prestasi beliau sudah dimana-mana, karyanya juga dimana-mana. Hal itulah yang membuat memotivasi kami, Jika yang sudah tua saja semangatnya masih membara, masa yang muda kalah?
Mak CN, orang yang jarang mengucapkan "Sayang" kepada siswa, tapi cara beliau menyayangi kami para anak didiknya selalu membuatku terharu. Beliau Selalu bilang, selagi ada peluang coba saja, kita gak tau takdir kita kedepannya gimana. Beliau orangnya juga susah ditebak. Tak pernah sedikitpun menampakkan muka sedih, tak pernah sedikitpun mengeluh, tak pernah sedikitpun balas dendam dengan orang yang sudah memfitnah, dan menjelek-jelekkan beliau. memang benar-benar guru seperti inilah yang dibutuhkan oleh kebanyakan siswa. Sehingga aku menjulukinya sebagai "Guru yang senantiasa dirindukan". Karena begitu langka bisa menjumpai guru yang seperti beliau.
Salam Literasi,