Beberapa waktu lalu saya baru sempat mencicipi apa yang sudah terkenal sejak dua atau tiga tahun ke belakang, minuman boba. Itupun dari hasil tegukan gelas teman saya.
Saya terlalu tidak penasaran untuk mencoba makanan baru entah kenapa. Rasanya? Saya berani bersumpah itu hanyalah jenang grendul dengan bungkus kebaruan ala anak muda yang disaring dengan saringan bulat, titik.
Tidak berarti tidak punya nilai jual, tetapi ide orisinilnya saya rasa tidak ada. Tidak masalah juga sebetulnya, hasil modifikasi pun bila lebih baik, siapa yang akan mempermasalahkan? Masalahnya adalah saya tidak suka jenang grendul. Hanya itu. Sejak kecil, kala ibu saya pergi ke pasar, saya akan meminta untuk dibelikan jenang tetapi tanpa tambahan isian itu.
Saya juga tidak berniat mengolok orang yang menyukai apa yang sedang trend, itu tidak masalah sama sekali bagi saya. Yang membuat saya penasaran adalah, apakah para penyuka trend itu betul-betul menyukai barang itu karena komposisinya atau mereka merasa perlu menyukai agar tidak ketinggalan arus
Pernyataan 'mengikuti arus' tidak mengandung konotasi positif atau negatif, tetapi justru itulah yang membuka peluang bagi hal-hal lain untuk masuk tanpa disadari. Sebab tidak semua arus patut diikuti atau bahkan sekadar dicoba ombaknya.
Salah satu yang mengusik saya adalah cara berhijab dengan memperlihatkan telinga dan leher yang saya tidak tahu sedari kapan ramainya.Â
Berpuluh bulan yang lalu, saya tidak sengaja berpapasan dengan seorang perempuan di kampus, yang mana ia sedang mengenakan hijab model itu dan membuat saya berpikir, yang dikenakan perempuan itu, apakah benar hijab atau kami punya dua definisi berbeda tentang hijab?
Masalahnya di sini adalah saya hanya bisa berasumsi bahwa definisi kami tentang hijab adalah sama. Maka apa yang dikenakan perempuan itu adalah betul sebagai sebuah atribut agama. Namun mengapa atribut agama itu terlihat tidak berfungsi?
Saya tahu, argumen saya akan dengan cepat disanggah dengan mengatakan bahwa itu bukanlah atribut agama. Bisa saja ia akan mengartikan itu sebagai aksesoris yang tidak harus memiliki fungsi spesifik layaknya atribut agama.Â
Namun, mari secara bijaksana kita akui, modifikasi dari apakah aksesoris yang melingkari kepala itu? Tentu dari hijab yang semula menutup apa yang selanjutnya dibuka oleh barang yang katanya aksesoris itu.
Ada pula satu trend lagi baru-baru ini, yang ini lebih mild dari yang saya sebut di atas. Yaitu mengenakan jilbab pasmina dengan mengancingkan jilbabnya lebih mundur dari biasanya, membuat jilbab itu punya ruang longgar di dekat hair line, sehingga mereka yang tidak mengenakan ciput akan membiarkan rambutnya mengintip dunia luar dengan seksama dan dalam tempo yang sebebas-bebasnya.