Mengobrol dengan beberapa orang yang berasal dari perguruan tinggi yang lebih bonafid dari saya, membuat saya memikirkan satu pertanyaan.
Apakah karena dia mengenyam pendidikan di kampus yang bonafid sehingga ia dibilang pintar atau kepintaran akumulatif para mahasiswa di sana yang membuat kampus itu dianggap bonafid?
Sebab dari pengamatan amatir saya, beberapa orang merasa pantas dianggap pintar karena menyandang status sebagai mahasiswa kampus besar.Â
Sehingga biarkan saya perjelas,
Dia yang masuk kampus besar menyebabkan konsekuensi bahwa dia akan dianggap pintar.
Masalahnya, bukankah syarat untuk diterima di kampus bonafid adalah pintar? Jadi, pintar itu sebab atau akibat? Yang patutnya dibanggakan itu sebabnya atau akibatnya
Sejujurnya saya sadar bahwa saya sedang bersikap subjektif dalam memberi penilaian sampel yang sangat sedikit ini, tetapi berhubung saya punya kesempatan untuk bersikap subjektif setelah kuliah selama hampir 4 tahun dan dilarang menunjukkan sisi kesubjektifan saya, bukankah ini kesempatan untuk memberi kesempatan saya untuk jadi manusia subjektif sebentar saja?
Penilaian yang saya maksud tidak lain dan tidak bukan adalah label "merasa superior" (yang tentu muncul karena statusnya sebagai mahasiswa dari kampus yang terlalu terkenal untuk diabaikan), yang saya yakin bukan hanya saya saja yang melekatkannya.Â
Mereka yang berasal dari kampus ternama biasanya dapat cap jelek itu meski mungkin sebetulnya mereka tidak seperti itu sama sekali.
Sebentar, jika saya menilai seperti itu dan penilaian saya salah karena sampel yang terlalu sedikit, saya akan sarankan agar para sampel itu saja yang disalahkan.Â
Mengapa mereka merepresentasikan almamater mereka dengan buruk? Mereka bukan anak ayam yang tidak punya pilihan untuk bersikap bukan?
Yang mengganggu pikiran saya adalah bahwa banyak yang mengunggulkan almamater mereka, merasa pintar karena berhasil diterima di perguruan tinggi yang bagus.Â