Ilmu Perbintangan, baik itu astronomi maupun astrologi adalah pengetahuan yang sudah tumbuh mengakar cukup tua di muka bumi. Astronomi dipakai sejak permulaan zaman untuk menentukan arah dan musim. Gugus-gugus bintang telah digunakan dalam sistem navigasi pelaut-pelaut Mesir purba dan juga pelaut-pelaut Nusantara. Musim panen dan musim tanam diperhitungkan dengan akurat hanya dengan membaca kedudukan bintang-bintang di angkasa. Sementara itu, orang-orang bijak sejak dahulu kala menggunakan astrologi untuk mendapatkan gambaran tentang manusia dan melakukan perhitungan-perhitungan untuk hal-hal yang berlangsung dalam diri manusia dan di sekitar kehidupannya. Astrologi menilai adanya hubungan erat antara pergerakan benda-benda langit sebagai makrokosmos dengan perubahan yang terjadi dalam diri manusia sebagai mikrokosmos. Makrokosmos dan mikrokosmos ini berjalan secara harmonis sehingga setelah rentang waktu yang cukup lama dapat dibaca pola-pola perubahannya. Sangat menakjubkan bahwa di zaman sebelum kita, astrologi merupakan disiplin keilmuan yang sangat penting kedudukannya di dalam masyarakat. Astrolog dan para pembaca bintang adalah tokoh-tokoh anutan yang nasehatnya diikuti oleh raja-raja dan pemimpin-pemimpin perang. Masyarakat Yunani Kuno dan Cina Kuno adalah dua contoh masyarakat yang unggul dalam membaca langit. Mereka telah menciptakan sudut pandang masing-masing dalam menerjemahkan posisi dan pergerakan benda-benda di angkasa. Jauh sebelum Hubble memberikan potret close-up bintang-bintang, Yunani dan Cina kuno telah mengguratkan wajah langit di dalam peta perbintangan mereka. [caption id="attachment_207611" align="alignleft" width="510" caption="Peta Langit Cina Kuno"][/caption] [caption id="attachment_207612" align="alignleft" width="511" caption="Peta Langit Yunani Kuno"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H