Isu Pembalut Berklorin: Girls, Yuk Lebih Cerdas!

Di Indonesia beberapa waktu lalu muncul isu bahwa pembalut wanita merupakan produk berbahaya bagi kesehatan wanita. Isu meresahkan yang dibuat oleh YLKI ini seketika membuat publik Indonesia, terutama wanita terkejut. Bagaimana tidak, YLKI dengan tiba-tiba tanpa awal yang jelas menyatakan bahwa berdasarkan penelitian yang mereka lakukan: pembalut wanita mengandung zat berbahaya bernama klorin. 

YLKI menyatakan bahwa penelitian ini dikeluarkan karena adanya laporan dari konsumen; yang sampai sekarang tidak jelas siapa konsumennya. Belakangan, YLKI malah menyarankan pengguna pembalut untuk kembali menggunakan kain sebagai benda untuk menyerap darah haid. Secara gamblang YLKI malah mengajak publik pengguna pembalut untuk kembali ke masa lalu; suatu masa ketika pembalut belum diciptakan. 

"Zat klorin tidak ditemukan dalam pembalut kain. Selain itu, pembalut kain juga bisa dipakai ulang dan dicuci kembali. Tingkat keamanannya jangka panjang," klaim Tulus dalam jumpa pers di Kantor YLKI beberapa waktu lalu.

Selain itu, pembalut kain juga ramah lingkungan karena tidak menyebabkan pencemaran. Sebagai penguat data, YLKI menyatakan bahwa satu pencemar tertinggi di Indonesia adalah pembalut. Dalam satu bulan saja ada 1,4 miliar sampah pembalut. Pembalut kain tentu tidak menyebabkan pencemaran karena dapat dipakai ulang. Entah dari mana data tersebut.

Memang tidak ada yang salah dengan saran-saran YLKI tersebut. Yang menjadi masalah adalah karena YLKI melupakan aspek kebersihan air di rumah tangga masing-masing konsumen, begitu tingginya aktifitas perempuan masa kini, dan ketersediaan kain untuk pembalut di pasaran. 

Mengenai klorin sendiri yang dikatakan menjadi penyebab kanker serviks pun tidak pernah dijelaskan dengan jelas oleh YLKI. Padahal mestinya sebuah isu sensitif harusnya dijelaskan secara detail. Apalagi ini mengenai pembalut yang selama ini sudah umum dan bertahun-tahun digunakan perempuan dan tidak hanya di Indonesia. Belakangan malah banyak artikel yang ditulis oleh dokter-dokter perempuan yang membantah pernyataan YLKI. Mungkin mereka jengah dengan hoax yang meresahkan publik semacam ini. 

Kanker serviks memang menjadi momok yang menakutkan bagi perempuan di Indonesia. Menurut Yayasan Kanker Indonesia ada sekitar 15 ribu penderita di Indonesia. 

YLKI harusnya menjelaskan sejelas-jelasnya jumlah penderita kanker serviks yang disebabkan karena menggunakan pembalut yang ada di pasaran. Tapi yang terjadi malah sebaliknya. Hasilnya, publik menjadi bingung karena takut terkena kanker serviks. Tanpa mendapatkan pengetahuan yang lengkap. 

Ketika iseng mencari apakah benar bahwa kanker serviks didapat dari pembalut yang selama ini ada di pasaran, saya menemukan fakta bahwa kanker serviks bisa muncul jika terjadi hal-hal berikut, seperti penelitian yang dilakukan oleh National Cancer Institute of United States. Berikut merupakan faktor-faktor resiko kanker serviks:

1. Infeksi HPV

Penyebab paling umum dari kanker serviks adalah infeksi pada serviks dengan human papillomavirus (HPV). Dari 80 jenis human papillomavirus, sekitar 30 jenis dapat menginfeksi serviks dan sekitar setengah dari virus-virus tersebut merupakan penyebab kanker serviks. Infeksi HPV yang menyebabkan kanker leher rahim menyebar terutama ditularkan melalui hubungan seksual. Wanita yang aktif secara seksual pada usia muda dan memiliki banyak pasangan seksual memiliki risiko yang lebih besar infeksi HPV dan kanker serviks.