Zygmunt Bauman merupakan seorang sosiolog polandia yang disebut sebagai seorang pemikir kritis dengan melewati tiga masa peradaban dunia, yaitu masa Holokaus, Modernisme dan PostModernisme. Sebelum kita membahas lebih dalam pemikiran Bauman mengenai Liquid Modernity kita harus mengetahui biografinya.
Zygmunt Bauman diketahui lahir di Pozna, Polandia pada tanggal 19 November 1925 dan berasal dari keluarga non-yahudi. Bauman memulai karirnya di Universitas Warsawa, yang diketahui artikel dan bukunya pernah disensor dan dipecat pada tahun 1968. Bauman berkarir kembali di negara Kanada, Amerika Serikat dan Australia hingga ke inggris untuk menjadi profesor pada tahun 1971. Bauman sendiri menjadi profesor emeritus sosiologi di Universitas Leeds dan Warsawa. Bauman meninggal pada 9 Januari 2017 di Leeds, Britania Raya.
LIQUID MODERNITY
Bauman berpendapat bahwa modernitas adalah suatu periode historis yang dimulai di eropa barat pada abad ke-17 yang dikenal dengan serangkaian perubahan sosial-struktural dan intelektual. Modernitas dapat dikatakan hanyalah sebuah nama dan bukan keseluruhan realitas. Modernitas mungkin dapat menandahkan sesuatu tetapi tidak otomatis mampu menjelaskan keseluruhan segi terang dan gelapnya. Modernitas adalah terminologi dalam ilmu sosiologi yang berbeda dari modernisme atau post modernisme yang sering diasosiasikan dengan bentuk-bentuk kultural estetis.
Liquid Modernity (Modernitas Cair) di istilahkan oleh Bauman untuk menggambarkan bagaimana kondisi dunia pada saat ini. Menurutnya, modernitas cair ini ditujukan untuk menciptakan pengaturan baru dan belum pernah terjadi sebelumnya dalam kegiatan individu dengan menghadapi serangkaian tantangan yang belum pernah dihadapi. Bauman juga mengemukakan liquid life yang berarti jenis kehidupan yang cenderung tinggal di masyarakat modern yang cair. Modernitas cair adalah suatu kondisi masyarakat di mana anggotanya melakukan tindakan perubahan lebih cepat untuk mengkonsolidasikan kebiasaan tersebut menjadi rutinitas. Dalam modernitas cair, kita tidak lagi akan digerakkan oleh kebutuhan, tetapi oleh keinginan. Sehingga dapat dikatakan kita tidak lagi mengonsumsi barang-barang primer, tetapi memilih untuk membeli produk fashion yang mahal agar bisa menunjukkan posisi sosial di depan orang lain. Semakin kita bisa mengonsumsi sesuatu, maka semakin baik juga citra diri kita di tengah masyarakat dan semakin maju.
STRUKTUR DAN ANTI STRUKTURÂ
Bauman mengemukakan bahwa ada dua bentuk masyarakat yang berbeda dengan ciri-ciri yang saling menggantikan satu sama lain. Dua gejala ini ada dua bentuk di masyarakat yang dikenal sebagai struktur (masyarakat atau sosialitas) dan anti-struktur (komunitas atau sosialitas). Struktur dan anti struktur adalah dua proses dengan prinsip yang berbeda. Bauman mencontohkan pada sebuah negara yaitu, sekarang ini tampak munculnya perceraian antara politik yang terpusat pada negara dan eksistensi moral warga negara. Hal tersebut dapat disimpulkan secara umum merupakan perceraian sosialisasi yang diatur negara dan sosialitas yang komunal.
- Struktur (masyarakat atau sosialisasi) berciri khas heterogenitas, tidak setara, adanya perbedaan status dan adanya sistem tata nama. Ciri khas ini memunculkan dua konsep yakni klasifikasi dan diferensiasi. Klafikasi ataupun diferensiasi ini membagi kelompok masyarakat menjadi kelompok elit dan massa (ras inferior, yang miskin dan bodoh serta wanita).
- Anti-struktur (komunitas, sosialitas) berciri khas homogenitas, kesetaraan, adanya ketiadaan status dan anonim. Anonim ini dapat dikatakan sebagai suatu hal yang tanpa tujuan, tanpa kepentingan dan mempunyai tujuan pada dirinya sendiri.
KEHIDUPAN YANG AMBIVALEN
Dalam karyanya yang kita ketahui yaitu "Life in Fragments", Bauman menjelaskan maksudnya untuk membongkar kamuflase moral yang dianut hanya sekedar sebagai topeng kebersamaan dan keteraturan. Pada kenyataannya, kehidupan begitu beragam sehingga tidak bisa ditata hanya dengan satu moral yang rasional dan universal. Manusia diperlukan bermoral karena being with other melainkan being for other (relasi asimetri). Jika suatu modernitas itu dipahami sebagai tatanan, maka ambivalensi dapat dikatakan sebagai buangan. Pada masyarakat modern yang dapat dikatakan sebagai sampah atau buangan akan diistilahkan "orang asing" (The Stranger).
Orang asing dapat diketahui bukan sebagai kawan atau lawan, namun mereka terletak pada zona antara (in-between). Zona ini dapat dikatakan jika lawan dan kawan menjadi bentuk sosialitas manusia, maka orang asing tidak termasuk di dalam bentuk ini yang pada akhirnya orang asing akan dianggap sebagai ancaman bagi tatanan yang ada. Jika suatu kehadiran dan kedatangan orang asing dalam tatanan ditandakan berarti akhir dari normalitas dan stabilitas suatu masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H