Â
  Kehidupan di desa masih sangat menjunjung nilai solidaritas antar masyarakat tanpa adanya perbedaan di dalamnya. Dengan tinggal di desa, yang mayoritas kehidupan sosial masyarakat sangat menjunjung nilai kebersamaan. Dimana dalam suatu masyarakat harus melakukan interaksi sosial. Dalam imajinasi sosiologi, kita dapat memahami hubungan antara diri sendiri dengan masyarakat. Pada situasi dan kondisi dimana dalam kehidupan bermasyarakat ketika ada tetangga yang sedang mengalami musibah maka akan ikut serta membantu. Karena kehidupan sosial yang ada di desa masih sangat memiliki solidaritas yang sangat erat. Solidaritas tersebut tidak hanya di peruntukkan untuk orang terdekat saja. Melainkan hubungan solidaritas tersebut di lakukan untuk sesama tanpa memandang orang tersebut berasal dari golongan kaya atau miskin. Tinggal di desa membuat saya menjadi lebih terdorong untuk menjunjung nilai solidaritas tanpa memandang siapa pun. Masyarakat sangat memiliki antusias lebih seperti halnya pada saat tetangga sedang mengalami sebuah musibah. Diantara banyaknya musibah, saya mengambil contoh pada saat acara kematian. Kematian merupakan sebuah takdir yang pasti terjadi pada diri setiap manusia. Ketika ada tetangga yang sedang mengalami duka, maka masyarakat desa sangat berperan dalam membantu keluarga yang sedang mendapatkan musibah. Jika dikaitkan dengan imajinasi sosiologi, masyarakat hadir untuk takziah karena sebagian besar mereka berfikir bahwa jika kelak ia meninggal. Maka keluarga yang ditinggalkannya pula akan dibantu dalam mempersiapkan segala hal yang berkaitan dengan kematian. Selain itu, ketika kita datang melayat maka kita berfikir akan mengurangi beban dari keluarga yang sedang berduka. Di desa masyarakatnya ikut serta membantu mempersiapkan segala hal yang berkaitan dengan acara kematian. Seperti halnya, yang laki-laki ikut serta membantu memasang tratag, menata kursi, mempersiapkan sound sekiranya dibutuhkan, menyebarkan surat lelayu. Kemudian yang perempuan, ikut serta membantu membersihkan rumah, membantu menyiapkan kebutuhan untuk menyiapkan makanan setelah acara pemakaman.Â
     Menurut saya acara kematian merupakan contoh dari imajinasi sosiologi, dimana dalam teori ini mencakup tentang kehidupan dalam cakupan yang lebih luas. Dengan adanya imajinasi sosiologi ini dapat mengacu pada kemampuan untuk melihat serta memahami kematian sebagai bentuk dari interaksi sosial, struktur masyarakat, serta nilai-nilai budaya didalamnya. Interaksi sosial yang ada ketika ada kematian, maka warga masyarakat akan menyebarkan informasi kepada warga lainnya. Selain itu warga masyarakat yang rumahnya dekat dengan yang sedang berduka. Maka akan melakukan interaksi sosial secara lebih mendalam. Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan berbondong-bondong ikut memberikan bantuan. Bantuan itu dapat berupa dukungan emosional, dimana warga memberikan suport serta menjadi tempat curhat untuk mengutarakan perasaanya. Selain itu ada bantuan praktis, dimana warga secara suka rela menawarkan bantuan untuk mengatur proses pemakaman. Bantuan finansial, seperti memberikan sedikit uangnya untuk membantu kebutuhan pemakaman. Memberikan dukungan sosial, dimana dukungan ini dilakukan untuk membantu keluarga yang sedang berduka.Â
     Saya mengenal teori imajinasi sosiologi Charless Wright Mills dari Jurnal Sosiologika no 4 Desember 2005. Jurnal ini menjelaskan tentang suatu peryataan bahwa imajinasi soaiologi dapat diartikan seperti halnya " seseorang bisa mengetahui sejarah yang cakupannya lebih luas dari hakikat kehidupan serta terhadap kebutuhan hidup setiap individu. Teori ini lahir atas situasi sosial ekonomi dan politik seperti halnya dengan teori elit tentang kekuasaan. Teori imajinasi sosiologis dibangun atas dasar dari kenyataan sosial mengenai kesenjangan yang bersifat subyektif dan objektif. Kenyataan sosial harus dibangun dengan cara kerja rasio imajinasi yang bersumber dari rasio manusia. Dalam buku imajinasi sosiologi ini membahas mengenai bagaimana berfikir dengan menggunakan logika yang benar untuk mengkaji tentang realitas sosial. Selain itu imajinasi sosiologi juga bisa digunakan untuk menggabungkan psikologi sosial dengan strukturalisme konflik dari penjelasan historisnya.Â
     Teori imajinasi sosiologi ini diperkenalkan oleh Charless Wright Mills. Ia merupakan seorang sosiolog yang lahir dan besar di Texas. Mills lahir pada tanggal 28 Agustus 1916 dan wafat pada tahun 1962. Ayahnya merupakan seorang broker asuransi, sedangkan ibunya hanya seorang ibu rumah tangga. Mills besar di keluarga kelas menengah konvensional. Pada saat umur 23 tahun ia dikenal sebagai orang yang cerdas.  Sehingga tepat di tahun 1939 ia telah mendapatkan gelar  master di Universitas Texas. Selain itu ia juga mendapatkan gelar Ph.D di Universitas Wiscounsin pada tahun 1941. Hal tersebut tidak lepas dari ajaran Hans Gert dan Howard Becker yang merupakan seorang teoritisi klasik. Pada tahun 1945 - 1962 sebagian karir Mills diteruskan di Universitas Colombia. Selama hidupnya Mills sangat diliputi ketegangan yang menyebabkan dirinya merasa kurang nyaman. Ketidaknyamanan tersebut dapat mempengaruhi dalam pendidikan akademiknya. Ia menjadi pribadi yang suka menyendiri sehingga hal itu menyebabkan ia kurang diterima dan menjadi terasing. Tidak hanya di rumah saja melainkan ia juga menjadi orang terasing di kampus dan di masyarakat.Â
Referensi :
https://sg.docworkspace.com/d/sIHKqrMxg19GwqwY
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H