"Di perusahaan asing mas."
"Wah... hebat sekali mba. Tidak kaya saya ya hehe..."
"Yah.. saya bersyukur saja mas. Tapi di antara kita tidak ada yang lebih tinggi nilainya, semua sama saja. Hidup itu sangat sempit kalau cuma dilihat dari status pendidikan atau pekerjaan. Hidup itu lebih dari sekedar gaji bulanan atau profesi. Ad maiora natus sum, katanya."
"Wah saya ga paham bahasa Inggris mba, artinya apa ya?"
"Itu bahasa Latin mas. Artinya 'aku dilahirkan untuk hal-hal besar'. Lakoni saja apa yang sedang mas kerjakan, karena arti hidup mas sendiri lebih besar dari hanya sekedar pekerjaan yang sedang mas lakoni."
"Keren sekali mba, akan saya ingat ya mba. Terimakasih banyak ya" Kataku sambil tersenyum. Aku tak menyangka aku baru saja membicarakan hal penting bersama orang penting. Ibuku di desa pasti akan bangga denganku.
       Mba itu sendiri pamit masuk kembali ke kamarnya setelah mengisi gelasnya yang kosong dengan air mineral. Aku mempersilahkannya pergi. Tapi aku benar-benar tak menyangka itu adalah kali terakhir aku berbicara dengannya.
       Aku menemukan tubuhnya tergeletak di kamar mandi dengan urat nadi yang putus beserta gumpalan daging dan darah di kloset duduk sebelahnya. Setelah berteriak memanggil teman-temanku sesama penjaga kost, siang itu ada banyak polisi yang silih berganti lalu-lalang memasuki kamar sempit ini. Para warga datang berkerumun di luar. Para penghuni kosan lainnya yang biasanya setelah pulang segera masuk ke kamar masing-masing, kali ini tertahan di pintu luar dan bertanya-tanya apa yang sedang terjadi.
       Aku melihat penghuni kamar B2 yang letak kamarnya berada persis di depan kamar wanita muda itu, menerobos petugas dan menghampiri mayat pucat itu. Laki-laki itu berteriak dan menangis, seolah tak percaya dengan apa yang sedang ia lihat di hadapannya...
       Kini aku mengerti apa yang telah terjadi diantara keduanya.
       Kini aku paham apa yang dirasakan wanita C2 itu dan segala kegundahannya...