Orientasi akan nilai produk hasil hutan secara optimal, menuntut kegiatan produksi yang tinggi. Kegiatan eksploitasi hutan yang berkepanjangan berimbas pada penurunan produktivitas hutan alam. Sementara, permintaan akan kebutuhan dengan ketersediaan kayu sudah tak imbang lagi.
Untuk mengurangi tekanan terhadap kelestarian hutan alam dan meningkatnya permintaan akan bahan baku bubur kayu dan kertas, keberadaan hutan tanaman menjadi tumpuan. Karena kemampuannya dalam memproduksi kayu dalam jumlah besar, cepat dan berkelanjutan. Â Penggunaan materi tanaman unggul hasil pemuliaan, diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan mutu tegakan yang dihasilkan.
Saat ini, pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) menitikbertakan pada pembangunan hutan berbasis perhutanan klon. Hal ini dilakukan sebagai upaya meningkatkan produktivitas tegakan yang optimal sehingga lebih menguntungkan. Klon hasil seleksi yang telah teridentifikasi sifat genotifnya yang unggul diperbanyak. Fenotip yang seragam diasumsikan dapat memberikan hasil produksi yang lebih baik.
Dalam kegiatan pengembangan industri kehutanan di Indonesia,  Eucalyptus telah menjadi andalan sebagai bahan baku pulp (bubur kertas). Berbagai pemanfaatan lain pun berupa mebelair, pembuatan vinir, bahan kontruksi plywood dan kayu bahan gergajian.
Sebagai perusahaan yang memiliki visi berkelas dunia yang mempraktekkan pengelolaan hutan lestari, dengan mengembangkan hubungan sosial yang harmonis, layak secara ekonomi dan ramah lingkungan, PT Arara Abadi yang dipayungi Sinarmas Forestry terus meningkatkan upayanya.
PT Arara Abadi (PT AA) yang memiliki luas 300 ribu hektar merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang pengelolaan hutan tanaman industri. Dalam melaksanakan aktivitasnya, produktivitas tinggi menjadi tuntutannya. Oleh karena itu, membangun performance menjadi sebuah hal yang penting. Hal tersebut diwujudkan melalui penguasaan teknologi dengan mengembangkan klon unggul, manajemen hama penyakit tanaman, teknik silvikultur yang tepat dan meminimalkan resiko kegagalan. Hal tersebut dinyatakan Eddie Haris MZ, selaku Direktur PT AA.
Untuk mewujudkan upaya tersebut, BRIN turut memberikan dukungan dalam bentuk kajian riset. Sinergi tersebut dikuatkan dalam sebuah jalinan kerja sama. Nota kesepakatan di tandatangani antara Pusat Riset Mikrobiologi Terapan-BRIN dengan PT Arara Abadi pada Rabu, (12/7) di Perawang, Pekanbaru-Riau.
Pada kesempatan tersebut, turut hadir Kepala Organisasi Riset Hayati dan Lingkungan -- BRIN, Iman Hidayat, PhD. Dalam arahannya, Iman menegaskan akan pentingnya keberlanjutan.
"Banyak potensi yang dapat dikembangkan dari kerja sama ini, terutama demi sustainability. Salah satunya terkait carbon footprint dalam supply chain bisnis pulp and paper. Hal tersebut menjadi bagian yang tak terpisahkan dari pemanfaatan biodiversitas yang berkelanjutan untuk mendukung program Net zero Emission". Pungkas Iman.