Pada suatu ketika seorang guru di sekolah bertanya pada murid-muridnya. Namun, reaksi yang didapatkan hanya wajah-wajah yang tidak berani menyampaikan pendapat. Lalu, guru tersebut kembali bertanya, "Apakah ada yang suka membaca buku?". Rupanya banyak yang menggeleng. Lantas, pertanyaan selanjutnya, "Apakah ada yang suka berpikir?" Semuanya tampak bingung dan hanya diam saja.
Ilustrasi di atas membawa kita pada perenungan tentang filsafat. Budaya berfilsafat sudah mulai memudar seperti budaya membaca, berargumentasi dan perenungan yang mendalam. Jangankan penerapan tentang budayanya, bahkan kata filsafat sangat asing, hanya sedikit yang paham seperti kalangan terpelajar saja. Tulisan ini, sebagai bentuk pengenalan tentang filsafat.
Berbicara soal filsafat, tentu berbicara sesuatu yang amat luas. Ada yang mengatakan filsafat lebih dari sebuah metode berpikir, tetapi lebih jauh dari itu, sampai pada hal-hal yang kasat mata. Hal ini tidak dapat dipungkiri, karena perbedaan pandangan yang mengartikan. Namun, secara rujukan telah banyak dibahas dalam buku-buku filsafat bahwa secara bahasa filsafat adalah cinta akan kebijaksanaan. Begitulah rupa filsafat dari masa ke masa tetap sama saja, tetapi perkembangannya telah dibagi dalam beberapa periode. Periode klasik, abad pertengahan, modern dan kontemporer.Â
Filsafat juga cukup luas ranahnya, karena kita hidup di era kontemporer maka pembahasan filsafat Islam kontemporer sangat relevan untuk dikaji dan dikaitkan dengan era saat ini yaitu society 5.0. Filsafat Islam Kontemporer merupakan filsafat yang tidak terlepas dari nilai-nilai Islam dan perkembangannya dimulai dari akhir abad ke-19. Mengapa harus Filsafat Islam Kontemporer? Inilah alasannya, yaitu perlu kita sadari bahwa perkembangan filsafat Islam perlu kita pelajari dan telusuri, terutama di era kontemporer ini. Hal ini terkait dengan dengan kemerosotan yang terjadi pada umat Islam.
Perlu berkaca pada era abad pertengahan, pada masa ini dikenal dengan masa keemasan Islam. Pada masa ini banyak lahir filosof-filosof muslim yang berjasa pada perkembangan ilmu pengetahuan. Tokoh-tokohnya seperti Ibnu Sina yang berjasa pada ilmu kedokteran, Alkhawarizmi penemu angka nol, ibnu al-Haitam sebagai penemu optik, ada juga yang ahli kimia seperti Jabir Al Hayyan. Hal ini membuktikan bahwa seorang yang ahli akhirat juga cocok ahli di dunia. Bahkan sangat perlu filosof dan ilmuwan seperti ini, sebab peradaban ada di tangan mereka. Kaitannya dengan era kontemporer yaitu adanya paham yang memisahan ilmu dunia dan ilmu akhirat (sekulerisme). Padahal kedua hal ini dapat sejalan, agar lahir kembali cendikiawan muslim yang dapat menciptakan penemuan baru yang bermanfaat untuk umat.
Filsafat Islam Kontemporer hadir sebagai tindak lanjut dari percontohan abad keemasan. Dimana perlu adanya multidisiplin ilmu dan pengkajian kembali tentang hal-hal yang sudah tidak relevan dengan era sekarang. Misalnya, dalam penerapan teknologi, dulu menggunakan surat dan sekarang menggunakan media telepon. Filsafat Islam kontemporer semestinya menjadi jawaban terhadap masalah-masalah aktual di era kontemporer. Filsafat Islam kontemporer punya tempat dalam kemajuan zaman, terutama zaman Society 5.0 yang bertransformasi pada kemajuan teknologi dalam perkembangan sosial, ekonomi, pendidikan dan lainnya. Dengan adanya filsafat Islam kontemporer, semestinya masyarakat lebih pintar dalam menghadapi tantangan zaman, karena solusi dan konsep yang ditawarkan filsafat Islam kontemporer adalah pada perkembangan ilmu pengetahuan dan adanya islamisasi ilmu pengetahuan. Hal ini kembali pada ilustrasi awal, penerapan konsep filsafat Islam kontemporer adalah dengan membaca, memahami, mendiskusikan, dan sangat penting pada penerapannya.
Jadi, pentingnya Filsafat Islam Kontemporer di era Society 5.0 adalah sebagai control dan berfungsi dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Filsafat Islam Kontemporer tidak hanya menekankan pada tataran konsep, tapi juga pada penerapan terhadap apa yang dijelaskan. Contohnya, Prof Amin Abdullah yang berusaha mengembangkan perlu adanya fakultas sains dan teknologi di kampus Islam. Hal ini menjadi bukti bahwa tidak hanya di tataran konsep dalam tulisan saja menyuarakan tentang bagaimana filsafat Islam kontemporer semestinya, tetapi juga ikut andil memperjuangkannya. Oleh karena itu, tulisan ini sebagai bentuk aksi dari penulis untuk perkembangan filsafat Islam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H