Mohon tunggu...
Diantama Puspitasari
Diantama Puspitasari Mohon Tunggu... -

Mahasiswi |1993| Bogor

Selanjutnya

Tutup

Drama

Cinta?

4 Mei 2013   09:17 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:08 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin, terlalu naif ketika saya berkata dan menyinggung cinta. Cinta, apa itu? kata aneh yang paling sulit di ungkapkan. Kabarnya dia begitu indah, tapi bisa melumpuhkan logika, terkadang membuat bodoh para pemujanya, tentu saja, mereka yang sedang terjatuh lupa rasanya. Terjatuh itentu menyakitkan. Aneh.

Mungkin saya lelah, saya selalu menyinggung, melagukan tentang cinta, tanpa kita tau kemana dia akan berlabuh. Saya malu berkata ini. Bahkan, ketika saya bertanya dalam hati, apa yang sebenarnya dia inginkan, bahakan saya tidak pernah tau.

Terkatit cinta, apa dia akan menunggu? ditunggu? atau tak perlu melakukan kedua kegiatan itu, karena pada hakekatnya dia akan datang sendiri. Hmmm saya tidak pernah faham dengan ini.

Bercerita sedikit. (“saya” sebagai kata ganti orang pertama, namun bukan saya)

“Entah apa yang sedang saya lakukan, saat saya sedang menantikan kehadiran cinta, bahkan terakhir kali ketika kami berdua saling mencintai, mencintai? Apa dia tau apa yang saya rasa saat ini? Ketika waktu bergulir, detik digantikan menit, menit digantikan jam, jam digantikan hari, dan hari di gantikan oleh tahun pun, apa dia tau, kalau cinta dalam hati masih di simpan? Saya kasihan melihatnya (hati). Bahkan dia tau pun tidak. Lalu, apa guna mencinta?

Saat hari-hari mulai berlalu dan mungkin tidak satupun yang dilakukan, yang saya lakukan adalah menunggu kedatangan waktu yang paling tepat. Tepat? tepat untuk apa? saya mungkin hampir lelah menunggu, mencoba memilih cinta yang baru, hingga akhirnya terjebak. Terjebak dalam cinta yang salah.

Saya tau, ketika saya salah memilih cinta, lalu saya bisa apa?

Mencoba melupakan sejenak dan selamanya, berlalu bersama angin dan hujan, menembus rindu yang semakin membusuk. Itu.

Meminta pada Yang Maha untuk membantu melupakan, karena Dia selalu tau. Bahkan untuk hal sekecil ini yang sedang hati rasakan.

“Bismillahirrohmanirrohim

Tuhan, maafkan aku, aku mencintai ciptaanmu yang tentunya dia bukanlah mukhrimku. Melagukannya dalam doaku selalu, padahal belum tentu mereka utusanmu untukku kelak. Aku berada dalam nafsu yang selalu menginginkannya untuk menjadi milikku seutuhnya dan selamanya, Maaf Tuhan, saat aku melalaikanMu dan aku mengagungkannya. Aku salah, Tuhan, Tuhan, padahal aku selalu yakin, Engkau akan mengirimkan yang terbaik, sekalipun bukan yang aku inginkan. Tuhan, apa ikhtiarku salah selama ini, hingga aku tidak pernah mengontrol hati dan logikaku, hinnga mereka selalu bertengkar dalam khayal? Tuhan, sungguh ketika aku mencintaimu dan menceritakan keluh kesahku, Engkau-lah yang paling nyata, meski aku tidak pernah tahu kapan akan Engkau jawab semua doa-doaku. Jika memang cintaku pada manusia melalaikanku dari-Mu, bantu aku melupakannya, Tuhan. Biarkan aku berikhtiar layaknya seorang wanita. Aku mencintai-Mu, Tuhan… Aamiin Ya Robbalalaamiin”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Drama Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun