Baru-baru ini dunia perfilman Indonesia kembali dihebohkan dengan salah satu film yang menuai pro dan kontra. Film berjudul "Kucumbu Tubuh Indahku" itu dianggap memiliki nilai yang tak sesuai dengan nilai moral masyarakat Indonesia.Â
Meski begitu, film ini telah mendapat penghargaan di luar negeri. Banyak warganet yang membuat petisi tentang film ini. Mereka mendukung film ini untuk diboikot.Â
Masyarakat menilai film ini memiliki nilai yang tak pantas untuk ditonton. Film yang menceritakan tentang seseorang yang berpindah tempat tinggal ini digarap oleh sutradara Garin Nugroho. Pada awal trailer film "Kucumbu Tubuh Indahku", ada adegan yang tak senonoh yang menurut saya tak pantas ditayangkan. Ketika banyak yang menonton trailer tersebut, langsung lah banyak yang beranggapan bahwa film ini tak pantas ditayangkan di Indonesia.Â
Di negara barat, film ini justru mendapat penghargaan, hal itu dikarenakan nilai-nilai moral yang ada di sana berbeda dengan yang ada di Indonesia. Sementara di Indonesia, film ini mendapat kecaman dari berbagai pihak. Tetapi tak semua masyarakat menilai buruk tentang film ini. Banyak publik figur yang mengapresiasi film ini dan mendukung film ini untuk tayang di Indonesia.Â
Sejatinya, sebuah film tidak akan memberikan sebuah tayangan yang tak pantas untuk para penonton. Yang pasti, sebuah film pasti memberikan pelajaran yang baik yang dapat diterapkan di kehidupan sehari-hari.Â
Terlepas dari pantas atau tidaknya sebuah adegan yang ditayangkan, itu tergantung masing-masing persepsi orang yang menonton. Dan kembali lagi mengenai tema LGBT di Indonesia, semua itu tergantung dari masing-masing individu bagaimana menyikapi sebuah film.
Sebuah film yang baik adalah film yang memberikan tontonan yang baik, syukur-syukur dapat dijadikan tuntunan yang baik pula. Dan akan lebih baik lagi jika sebuah film memiliki dampak yang luar biasa kepada penontonnya.Â
Seperti dapat mengubah pribadi seseorang menjadi lebih baik lagi. Pemerintah dan lembaga haruslah bisa lebih tegas dalam menyikapi hal ini. Lembaga perfilman Indonesia harus bisa menyeleksi mana film yang layak ditonton masyarakat Indonesia.Â
Klasifikasi audiens dalam film juga penting. Terlebih banyak masyarakat Indonesia yang menganggap sebuah tontonan dapat dijadikan tuntunan, dan sebaliknya, sebuah tuntunan malah dijadikan tontonan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H