Beberapa hari lalu dunia dikejutkan dengan adanya penyerangan pada sejumlah masjid di Selandia Baru. Peristiwa penyerangan itu terjadi pada hari jumat di mana para muslim sedang melaksanakan ibadah shalat jumat. Lalu datang seseorang dengan memakai senjata dan langsung menembak para muslim yang ada di masjid tersebut. Pelaku penembakan sengaja merekam aksinya dengan menggunakan kamera di atas kepalanya dan diunggah di media sosial secara live. Diketahui pelaku penembakan merupakan warga berkulit putih berkebangsaan Australia. Banyak berita yang memberitakan bahwa peristiwa itu adalah penyerangan, bukan terorisme.
Selama ini dunia menilai bahwa Islam adalah teroris. Adalah ISIS (The Islamic State of Iraq and al-Sham) yang dibentuk tahun 2013 silam. Kemudian banyak orang dari kalangan non muslim menganggap bahwa Islam adalah teroris. Pada nyatanya Islam bukanlah teroris. Islam adalah agama yang penuh dengan kedamaian. Islam adalah agama yang menjunjung tinggi toleransi. Sementara mereka yang fanatik terhadap Islam atau bisa dikatakan radikal cenderung mengarah pada teroris.Â
Menurut Dr. Ngainun Naim, Kelompok radikal, sering menghancurkan apa saja yang tidak diajarkan dalam agama mereka, dalam pemahaman mereka. Mereka cenderung mengacu pada amar ma'ruf nahi munkar (menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemunkaran). Radikalisme muncul karena respon melemahnya kebanggaan terhadap agama yang dianut. Ada tiga kunci yang dipegang para pelaku radikalisme, 1) kekerasan, 2) kesakralan, 3) klaim kebenaran. Kekerasan dianggap aksi sosial.Â
Kesakralan dianggap sebagai suatu keyakinan untuk menjaga kebenaran dan kemurnian suatu agama, dan klaim kebenaran adalah pengakuan bahwa agama yang dianut adalah agama yang paling benar. Kelompok radikalisme ini sangat sulit diberantas. Mereka akan terus mencari anggota, merekrut orang-orang baru untuk masuk dalam kelompok mereka. Sementara Islam yang sesungguhnya, tidak menggunakan kekerasan. Inilah yang menyebabkan mengapa banyak pemeluk agama selain Islam menganggap bahwa Islam adalah teroris. Fanatisme terhadap suatu agama menjadikannya radikal sehingga menjurus pada terorisme.
Islam memiliki pemeluk yang cukup banyak, bahkan bisa dikatakan mayoritas. Tetapi itu tak lantas membuat Islam hidup damai. Adanya kelompok radikal membuat sebagian Islam yang benar-benar 'baik' hidup tak tenang. Â Seringkali bangsa barat menganggap bahwa teroris itu adalah Islam. Tanpa tahu bahwa ada juga bentuk teroris yang dilakukan bangsa barat seperti aksi penembakan minggu lalu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H