Mohon tunggu...
Muhamad Nur Mekah
Muhamad Nur Mekah Mohon Tunggu... lainnya -

anak muda, masih muda dan mencoba berfikir muda..membebaskan fikiran dari dogma dan doktrin..mencoba mandiri dan kritis..memban lain untuk membantu orang untuk bisa tersenyum dan bahagia

Selanjutnya

Tutup

Politik

Siapa Suruh Mau Jadi Gubernur

14 Januari 2014   23:05 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:50 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13897154871717473532

[caption id="attachment_290138" align="alignleft" width="300" caption="sumber foto: forum.kompas.com"][/caption] Saya cukup terkaget-kaget ketika banjir menyerbu Jakarta pada senin (13/1), Gubernur DKI Joko Widodo (Jokowi) memilih berkunjung ke ITC Mangga Dua, Jakarta Utara.

Kekagetan berikutnya adalah, pernyataan dari mantan Wali Kota Solo ini terkait banjir, dengan menyuruh wartawan menanyakan langsung ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta. Belum selesai, tiba-tiba running text sebuah televise swasta nasional menuliska, Jokowi menyalahkan pemimpin sebelumnya soal banjir.

Hemm..lebih kaget lagi pas baca kompasiana…rata-rata tulisan tetap mengelu-elukan Jokowi, meski faktanya Jakarta dikepung banjir.

Hemmm…tidak bolehkah seorang warga mengkritik pemimpinnya?  Sejak jaman Sutiyoso, Fauzi Bowo sampai Jokowi, sulit sekali rasanya mengkritik pemimpin di Jakarta ini. Selalu saja banyak pembela yang siap menghadang setiap tulisan atau komentar yang mengkritik. Ini saja dugaan saya, setalah tulisan ini di posting, pasti banyak yang mencibir kalau mau mengkritik Jokowi-Ahok.

Saya cuma mau bilang, kalau mau jadi pemimpin ya harus siap dengan segala resiko kritikan dari segala penjuru di setiap masalah yang datang. Kalau menjadi pemimpin, tidak baik menyalahkan sebuah masalah kepada para pendahulunya. Karena masalah yang terjadi saat ini seperti banjir, sudah diketahui menjadi masalah akut Jakarta, dan semua orang tahu. Kemudian turun ke lapangan kembali, bercengkrama dengan warga korban banjir, seperti selalu menunjukkan blusukannya? Gak repot kan?

Lalu cuap-cuap mampu benahi Jakarta dengan cepat, menyerang pemimpin sebelumnya dengan kegagalan program, pada masa kampanye, apa artinya itu?

Gentleman saja menjadi pemimpin, bahwa benar menyelesaikan masalah Jakarta tidak bisa cepat, cuap-cuap-cuap saat kampanye Cuma untuk menarik suara saja. Nah kalau gitu, siapa suruh mau jadi Gubernur DKI Jakarta?

Tabik!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun