Mohon tunggu...
Tonnly Mejuah Juah
Tonnly Mejuah Juah Mohon Tunggu... karyawan swasta -

AAL IZZ WELL

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Waw, Si Pincang Jempolan

21 Oktober 2010   02:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:15 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bukan bermaksud menyebarkan aib orang lain kepada anda semua dengan menceritakan kehidupanya yang bisa dikatakan kelam, tapi maksud saya adalah hanya untuk berbagi serta belajar dari pengalaman orang lain agar kita juga bisa menjadi lebih baik. Seburuk-buruknya seseorang tentunya pasti ada satu sisi dari kehidupanya yang bisa dijadikan patron bagi hidup orang lain.

Apakah anda tau supermarker Giant, di daerah Pakuan Bogor tepat di depan Masjid Bogor. Nah bila anda pernah main kesana, maka apa yang akan saya ceritakan ini pasti anda tau , lebih-lebih bisa menemukan orang yang saya deskripsikan disini.

Kami sering memanggilnya Aung, Aung adalah seorang anak laki-laki yang kira kira umurnya mencapai dua puluh tahunan. Dia tak seberuntung orang orang pada kebiasaanya, dia agak sedikit memiliki masalah pada kakinya,pincang dan sepertinya ia juga berhadapan dengan salah satu jenis penyakit kulit. Mengapa saya mengatakan penyakit kulit karena sepertinya ada semacam daging-daging tumbuh di sebagaian wajah dan bagian tubuhnya yang lain. Tapi semoga saja saya salah. Berdasarkan cerita yang saya dapatkan dari teman-teman terdekatnya, Aung ini adalah kategori anak yatim piatu, Ia tak punya ayah dan ibu. Setidaknya itulah jawaban yang ia berikan manakala kita menanyakanya perihal orang tuanya dan keluarganya.. Nah kalau begitu dimana ia tinggal, dan bagaimana ia bertahan??? Pertanyaan yang baik sekali!

Menurut saya, anak ini termasuk anak jempolan juga, walaupun ia secara pisik pincang dan memang kesulitan untuk berjalan tapi semangatnya untuk mempertahankan hidupnya dan membangun sisi kehidupanya yang kelam sangatlah baik. Ia berusaha bekerja sebagai seorang tukang parkir. Memang sih dari segi tanggung jawab, pekerjaanya ini termasuk pekerjaan mudah karena ia hanya mengatur, memberi direksi pada kenderaan yang akan keluar dari supermarket Giant menuju jalan raya. Tapi bukan dari sana saya menilainya, saya menilainya dari usaha dan kerajinanya untuk sesegera mungkin berlari memberikan aba-aba pada supir apakah harus tancap gas atau rem. Padahal berjalan saja ia agak susah, apalagi berlari walaupun jaraknya hanyalah lima meter saja. Dari hasil pekerjaanya, Ia bisa mendapatkan sedikit uang untuk makan siang dan malamnya plus membelikan rokok dan baju baru untuknya.

Saya tahu ia agak minder dengan teman-temanya yang lain akibat kondisinya, tapi sepertinya ia punya cara tersendiri agar orang tak meninggalkanya, yah walaupun perbuatanya itu hanyalah berdasarkan keadaan kondisi finansialnya saja. ia kadang mentraktir teman-temannya yang normal untuk makan siang dan malam, inilah cara dia menurut saya melepas kegundahanya dan membuang suntuknya, walaupun pada kenyataanya ia adalah orang yang sangat pendiam dan tak banyak bicara. Tapi saya kira dengan kedekatanya dengan temanya paling tidak ia bisa sedikit merasakan betapa senangnya tak sendirian yah walau ia harus membayar mahal untuk itu semua. Berbicara tentang durasinya bekerja, aaung hanya bekerja mulai dari pagi sampai siang hari saja dan sisanya akan digantikan oleh temanya yang lain. Kalau tidak salah ia juga punya jatah setoran tiga ribu rupiah setiap harinya pada petugas supermarket.

Soal tempat tinggal, ia menginap di sebuah warung kecil yang ada di samping ia bekerja. Warung itu adalah warung penjual kaset CD, MP3 dan DVD yah tentunya setelah minta ijin dengan pemiliknya. Kebetulan penjaga warung juga adalah kenalan dekatnya sekaligus sebagai source person saya juga. Dan sebagai terima kasihnya pada pemilik warung ia juga bersedia menjadi keamanan warung tersebut dimalam hari. Dengan kata lain ia tidak bisa tidur sebelum warung kaset tersebut di tutup oleh yang empunya. Bagaimana dengan baju-bajunya?? Ia menyimpan bajunya di belakang box warung kaset tadi. Dan sepertinya memang ia tak punya banyak persediaan untuk yang satu ini.

Hebat bukan, walaupun kurang secara pisik tapi tetap bisa bertahan ditengah hantaman ekonomi, rasa minder dan kesendirian. Berbicara mengenai pekerjaanya ini, ia telah menjalankanya beberapa tahun terakhir ini dan masalah pendapatan belum bisa dipastikan karena semuanya tergantung oleh sang supir, apakah mau memberi tip atau tancap gas saja.

Kira-kira, mampukah saya, anda seperti itu?????

Salam semangat,

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun