illustrasi google.comMencari barang-barang bekas dan menjual koran adalah sumber pencaharian dari dua orang anak manusia, yang satu sudah tua dan yang satu masih anak-anak.
Suatu sore ketika mereka hendak pulang kerumah, perhatian si anak kecil itu tertuju pada sebuah benda yang dipajang disebuah toko mewah dipinggir jalan.
Anak: lihat kek. Bagus sekali bukan kursi goyangnya. Harganya pasti mahal.
Kakak: iya nak. Bagus sekali yah.
Anak: nanti kalau saya punya duit banyak, saya akan membelikan kursi goyang itu untuk kakek.
Kakek itupun terkejut mendengarnya. Ia bahkan mengeluarkan air matanya mendengar perkataan cucunya itu tapi ia segera menghapusnya karena takut membuat cucunya sedih. Dalam hati ia mengatakan “seandainya saja kamu tidak ditinggalkan oleh orang tua, mungkin nasibmu tidak seburuk ini”. Tiba-tiba saja seorang laki-laki yang pastinya pemilik toko langsung keluar dari tokonya.
Penjual: hey. Sedang apa kamu disini pergi. Dasar babu!!
Anak: pak! Harganya kursi goyang itu mahal yah?
Penjual: iya. Sudah sana pergi. Kamu tak kan sanggup membelinya. Pergi!!!
Akhirnya merekapun pergi dari toko tersebut. Haripun semakin gelap dan disambut dengan hujan deras. Mereka tak bisa menemukan tempat berteduh, jadi mereka langsung saja menuju rumah walau pun dalam keadaan hujan. Sesampai dirumah merekapun mengganti pakaian mereka yang basah kuyup.
Anak: kek. Koran-koranku basah. Bagaimana ini, agent pasti marah!
Kakek: nggak. Bilang saja sejujurnya. Mereka pasti paham
Setelah itu sang kakekpun istirahat dikursi bambunya sementara si anak sibuk mempersiapkan buku-buku pelajaranya ke sekolah. Si anak belajar sampai tengah malam hingga ia tertidur sejenak diatas buku-bukunya. Ia pun segera berpindah ke samping kakaknya. Ia merasa sangat hangat disamping kakeknya, setelah diperiksa ternyata sang kakek demam tinggi.
Anak: kakek demam?
Kakek: iya. Nggak apa-apa Cuma demam biasa. Ambilkan saja handuk dan air hangat. Besok pasti akan sembuh kok. Tenang saja!
Keesokan harinya si anakpun bangun terlambat. Ia segera berangkat kesekolah dengan segera tapi setelah itu ia menyiapkan bubur untuk sang kakek diatas meja, sementara sang kakek masih tidur pulas dan sepertinya demamnya sudah turun. Di sekolah ia menceritakan keadaan kakeknya pada sahabat dekatnya yang kebetulan anak seorang dokter. Teman juga berjanji bahwa ia akan mengajak ayahnya kerumah dan mengecek kakek tersebut.
Sepulang dari sekolah sang anak tak menemukan sang kakek lagi dirumah. Ia pun bingung dan kawatir. Ia segera bergegas menuju pembuangan sampah dimana biasa sang kakek bekerja. Dan ia menemukanya disana.
Anak: kakek! Kenapa kakek bekerja. Kan masih sakit, kakek istirahat dulu!
Kakek: kakek sudah sembuh kok.
Anak: benar kek?
Kakek: iya anak ku. Kakek sudah baik-baik saja.
Anak: kek! Nanti teman saya dan ayahnya akan datang kerumah untuk mengecek kakek. Ayah teman saya seorang dokter dan mereka sangat baik dan rajin menolong. Nanti kalau saya besar saya juga akan seperti mereka, rajin menolong orang lain!
Kakek: jika kamu menjadi orang besar kelak, jangan memandang rendah orang kecil yah! Ingat itu. Jangan!!!!
Anak : iya kek!
Akhirnya mereka pun pulang. Teman sang anak tersebut akan datang bersama ayahnya disore hari. Jadi untuk menunggu mereka. si anak menyempatkan mengerjakan pekerjaan rumahnya, sementara sang kakek beristirahat sejenak diatas kursi bambunya.
Kakek: bangunkan saya apabila teman kamu sudah datang yah?
Anak: iya kek!
Tak lama setelah itu. Ketukan di pintupun terdengar.
Teman: maaf yah. Ayah saya tidak bisa ikut karena ia dipanggil ke rumah sakit. Mendadak. Tapi kami akan datang besok!
Anak: oh tidak apa-apa. kebetulan kakekku sudah baikan kok.
Teman: sukurlah. Kalau begitu saya pulang yah. PR saya belum selesai .
Anak: ok baiklah. Terima kasih.
Setelah sang teman pulang, si anak pun melihat kakeknya yang sedang tidur di kursi bambu. Ia mendekatinya. Ia terkaget ketika demam sang kakek kambuh lagi.Ia pun membangunkan sang kakek.
Anak: kakek sakit lagi. saya harus memanggil dokter. Saya sudah punya uang untuk membayarnya. Kakek tenang saja disini! Saya pergi yah kek!!
Kakek: tidak usah cucuku. Tidak usah! Sudah waktunya bagi kakek…..
Anak: tapi kek!!
Kakek: dengar cu! Jaga dirimu baik baik yah!!!! Karena kakek tak bisa tinggal bersama mu lagi (dengan suara yang hampir tak terdengar) kamu harus sendiri setelah ini!!!
Anak: tidak kek. Saya nggak mau, Saya tetap ingin bersama kakek (sambil menangis)
Air matapun terus mengalir dan malampun semakin dingin, sedingin tubuh yang terbaring di samping anak tersebut. Hanya suara jangkriklah yang terdengar.
Salam Perjuangan,
The Old Man And The Little Boy By Nirwati Yapardi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H