sebentar lagi lebaran, natalan dan tahun baruan. semakin dekat tentunya dengan libur panjang. sudah menjadi rutinitas para perantau yang mengadu di tanah orang kembali kekampung halamanya untuk bertemu keluarga tercinta tentunya.
begitu pulah ah dengan saya. tiap tahun saya akan kembali ke kampungku untuk merayakan tahun baru besama. bangga rasanya ketika saya sampai di kota sendiri ditambah lagi sifat kekeluargaan, kebersamaan dan gotong royongnya yang masih kuat. saya yakin disetiap kampung yang lain juga seperti itu adanya. berbeda sekali dengan dikota. dikota kebanyakan orang sudah berpikiran "Siapa loe siapa Gue" jadinya sudah tidak terlalu perduli dengan tetangga dan masyarakat sekitar kalaupun terlibat itu hanyalah sebagai pemanis saja. tapi itulah namanya hidup beda tempat beda caranya.
saya masih ingat ketika saya kecil dulu, setiap sebulan sekali kami seluruh warga akan bergotong royong membersihkan pekarangan bersama yang tentunya dikoordinir oleh pak kepala desa. tidak ada bayaran ataupun upah, tapi walaupun begitu semua warga bekerja dengan segenap hati tidak dengan setengah hati. pokoknya asyik. setiap warga mengenal warga yang lainya dengan baik, coba kalu dikota tetanggaan kadang ngak saling kenal.
bila ada tetangga yang akan mengadakan hajatan, maka tetangga yang lain juga akan ikut membatu. seumpama mempersiapkan bumbu, memasak dan melayani para tamu. tapi walaupun sudah membantu tuan rumah bukan berarti mereka bebas dari tanggung jawabnya loh. mereka sangat profesional. para warga sekitar juga ikut menyokong biaya pesta juga sebagai bentuk kebersamaan dan jumlahnyapun semampu mereka tidak ada paksaan.
berbicara tentang kebersamaan di kampung ada satu hal yang menurut saya sangat menarik. ini tentang rutinitas mandi bareng. banyak warga dikampung saya yang belum mengalirkan pam kerumah mereka jadi sebagai gantinya mereka memperoleh air bersih dari air pancur yang ditarik dari atas gunung didekat tepian sungai termasuk aktifitas mandi. setiap hari mereka akan membersihkan tubuh mereka dari bau badan disungai dan air pancur itu. lucunya mereka melakukanya bersama-sama termasuk saya juga karena pada waktu itu pam sedang mati. weit!! tapi ingat laki-laki dengan laki-laki dan perempuan dengan perempuan. nggak boleh campur. bahaya. kami tak segan segan lagi mempreteli segala onderdil kami kalau sudah ditempat ini. tua, muda, anak-anak sama saja, polos bagaikan bayi baru lahir. ini merupakan hal biasa bagi kami bukan merupakan tindakan porno aksi, tidak.
uniknya lagi walaupun dilakukan secara keroyokan, setiap orang bersabar dengan baik menunggu giliran tidak ada yang namanya main serobotan seperti tukang ojek di lingkungan sekitarku. semuanya aman saling menghargai yang satu dan yang lain. tidak ada yang berpikiran bahwa tempat itu adalah milik pribadi, milik kampung itu sehingga orang luar tidak bisa bergabung disana. bahkan bila ada warga yang kebetulan lupa membawa sabun, maka yang lain akan dengan sangat sopan mengajukan untuk menggunakan punyanya.
agama juga bukan menjadi penghalang bagi kami. disini warga bebas memilih agama yang ia percayai. memang mayoritas adalah beragam kristen tapi semuanya saling menghargai. seumpama ada hajatan, maka pihak tuan rumah juga mempersiapkan tempat bagi mereka yang non kristen begitu juga sebaliknya. bukan hal yang aneh bila warga muslim masuk ke gereja saat merayakan natalan. semuanya di welcome disini. umat yang lain juga bersedia membantu pembangunan mesjid bukan hanya dari kalangan muslim saja. intinya semua warga rukun diatas perbedaan masing-masing.
semoga saja rasa kerukunan ini semakin terjaga dan menyebar keseluruh pelosok dunia ini dengan begitu terciptalah kedamaian. semoga saja.
salam,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H