Mohon tunggu...
Tonnly Mejuah Juah
Tonnly Mejuah Juah Mohon Tunggu... karyawan swasta -

AAL IZZ WELL

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

“Orang GD” ternyata Beresiko!

2 Agustus 2011   05:58 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:10 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang GD dalam artian bukan sebagai sosok seseorang yang memiliki ukuran badan yang besar, tinggi dan berisi. Orang GD yang saya maksudkan adalah orang-orang yang telah dipilih untuk mengemban sebuah tugas besar untuk kepentingan orang banyak pula. Seseorang menjadi GD adalah akibat adanya kepercayaan yang dititipkan orang banyak kepadanya, jadi sudah seharusnya orang GD juga jangan menyombongkan dirinya, berpikir bahwa semua itu, posisi yang ia dapatkan semata mata akibat usahanya sendiri.

Siapa sih yang tidak ingin menjadi GD? Tentunya semuanya ingin menjadi seperti itu. Ada yang ingin GD secara finansial, posisi, title yang melekat dan sebagainya. Keinginan menjadi GD ini tentunya didasari persepsi yang sama, dimana orang GD dianggap sebagai orang yang akan dihormati, dipandang, disegani, dielu elukan disetiap saat, kasta lebih tinggi, banyak peluang, satu langkah didepan dibandingkan commoners, diprioritaskan dan sebagainya.

Menyandang gelar sebagai orang GD tidak serta merta didapatkan begitu saja. Menjadi orang GD tentunya dibutuhkan perjuangan yang besar, “dana” yang besar pula, kaki tangan yang banyak, pengetahuan yang besar pula, begitu juga dengan super triknya.

Terkadang sesudah mendapatkan gelar sebagai orang GD membuat kita lupa akan posisi kita tersebut. kita hanya melihat posisi yang GD itu sebagai sebuah karunia tersendiri pada kita pribadi, hanya memikirkan kepentingan pribadi dan golongan dan mengabaikan orang banyak yang telah mendukung kita sebelumnya. Orang GD itu bukan sekedar mendapat pemasukan, akses, peluang yang besar saja dari posisinya menyandang gelar itu tapi menjadi orang GD memiliki resiko yang besar pula. Resiko apa?

Orang GD di ibaratkan artis, patron bagi orang orang yang lainya. Ibarat dalam pemotretan semua gerak orang GD adalah pose, setiap geraknya menjual, memiliki sebab akibat. Hidup orang GD bukan semata di abdikan untuk pribadinya lagi, keluarga tapi untuk orang banyak. Yang namanya artis dan patron pastinya memiliki penggemar, penggemar yang setiap harinya menanti nanti kedatangan sang artis, sang inspirasi yang membawa kesejukan, perubahan yang baik pada mereka. Sebagaimana gaya artisnya maka seperti itulah gaya yang akan diadopsi oleh penggemarnya. Gayanya bagus maka penggemarnya akan bagus pula tapi bila sebaliknya maka sebaliknya pula.

Sudah selayaknya orang orang GD mengerti kapasitas dan tempatnya sebagai orang GD pula. Disebut GD karena ia memiliki sesuatu hal yang melebihkan dirinya dari orang lain. Karena sudah “lebih” dari orang lain maka perbuatan dan perkataan yang dikeluarkanyapun tentunya harus yang lebih pula. Kecepatan dan ketepatan tanpa mengesampingkan pertimbangan yang matang adalah hal hal yang diinginkan para orang banyak. Orang banyak bukan mencari sesuatu yang bisa dikatakan ridiculous, ridiculous dalam artian sebagai ungkapan/pernyataan yang tidak pas pila dihubungkan dengan kapasitas sebagai seorang yang “lebih”. Orang GD harus bisa membuat sikap yang diatas rata rata, sikap yang tak menyakiti yang satu dan tidak membanggakan yang satunya lagi.

Menyandang orang GD tidak bisa diibatkan sebagai shooting film, dimana shoot shoot yang kurang baik bisa didelete sehingga yang bagus bagusnya saja yang discreenkan tapi yang jelek tidak. Orang GD itu (seharusnya) tak ada sutradaranya, tak ada yang mengatakan action atau cut. Bagi orang GD kamera selalu rolling dan siap merekam dan mempublikasikanya. Baik dan buruknya action orang GD kan dlilihat oleh orang banyak. Tiap aksi orang GD membawa reaksi yang berbeda, pro dan contra.

Orang kecil banyak menggantungkan harapan dan mimpi pada orang GD. Apa jadinya bila orang GDnya berulah, yah kami orang kecillah yang sengsara. Bagaimana rasanya orang kecil tentunya orang GDlah yang tahu terlebih dahulu. Tidak ada yang terlahir langsung GD kan, kecil dulu baru GD jadi jangan lupa saat, perasaan ketika menyandang orang kecil.

Jadi, jangan dipandang bahwa mengembang tugas sebagai orang GD itu enak tapi justru sebaliknya. Orang GD itu ada untuk orang orang kecil, jadi ada baiknya untuk orang GD bersikap sebagai orang GD pula, bertanggung jawab, orang yang tak mudah menyebar kata kata yang tak bermakna dengan mudahnya. Sudah seharusnya orang GD itu bersikap bijaksana penuh pertimbangan dalam bersikap dan yang terpenting adalah tidak mementingkan kepentingan diri sendiri, golongan semata tapi kepentingan untuk orang banyak.

Jadi maukah anda menjadi orang GD?

Salam sayang,

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun