Mohon tunggu...
Tonnly Mejuah Juah
Tonnly Mejuah Juah Mohon Tunggu... karyawan swasta -

AAL IZZ WELL

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Orang “GD” Benci Lihat Orang Kecil “GD”?

27 Agustus 2010   02:25 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:40 525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_240610" align="alignleft" width="205" caption="gambar google.com"][/caption]

Apakah anda punya sebuah cita-cita? Saya yakin kita semua manusia di dunia ini memiliki sebuah cita-cita, sebuah impian yang akan kita capai dimasa mendatang. Contohnya ada orang kecil berangan-angan menjadi orang GD dimasa mendatang. GD dalam artian bukan GD secara pisik. Bukan hal yang aneh dan munafik bila setiap orang juga memimpikanya. Menurut saya itu hal wajar karena itulah nantinya memampukan kita bebuat lebih.

Masalahnya adalah bagaimana kita merealisasikan impian kita itu, membuatnya menjadi sebuah kenyataan. Tidak sekedar wacana saja yang sering dikumandangkan kalangan tertentu kepada rakyat tapi kenyataanya hanya nol besar. Butuh perjuangan dan kesabaran bukan untuk mencapai setiap puncak dari sebuah gunung yang hendak kita daki. Terjatuh, tersandung adalah hal yang biasa, tapi semua itu hanyalah bumbu penyedap untuk mencapai puncak tadi. Eh kok jadi kesini jadinya! Ya dah balik lagi.

saya punya seorang tetangga yang hidup digaris sederhana. Saya tahu, karena beliau lah yang selalu bercerita pada saya, ditambah lagi berdasarkan apa yang saya lihat dalam kehidupan sehari-hari. Mereka (suami-istri) adalah petani. Mereka mempunyai beberapa petak sawah, ladang dan beberapa hewan untuk di ternakkan. Mereka memiliki tiga orang anak. Yang membuat salut pada keluarga ini adalah mental kesungguhan dan pantang menyerah yang ditunjukkan kedua orang tua tadi pada setiap orang termasuk anak-anaknya melalui pencapaian diluar kemampuan mereka dibidang pendidikan. Pendidikan adalah number one dimata mereka. Ibarat kata mereka rela naik turun gunung untuk dapat menyokong anak-anaknya tiba pada level pendidikan tertinggi. Dilihat dari kehidupan mereka sehari-hari sebenarnya tak mungkin mereka bisa merealisasikan impian mereka (tak bermaksud menjudge factnya sudah) plus setelah melakukan perbandingan dengan sektor-sektor lain. tapi kenyataan berkata lain, mereka berhasil menammatkan anak pertama mereka lulus sebuah perguruan tinggi dengan sangat membanggakan.

Awalnya banyak warga sekitar yang menganggap mereka hanya “sok dan tak tau diri”. Umpatan ini memang banyak dikeluarkan oleh keluarga-keluarga yang memang memiliki jenjang kehidupan financial yang tinggi. dengan kata lain mereka seakan-akan membatasi kehidupan seseorang, orang yang level rendah tidak pernah akan bisa nimbrung ke level atas. Impossible. Mereka tentunya punya alasan untuk setiap statement yang mereka utarakan, tapi apakah semua yang terlihat merefleksikan kesemuanya (yang sebenarnya)? Belum tentu bukan. Terkadang rasa cemburu dan sifat yang underestimate terhadap orang lain memang membuat kita membatasai kehidupan seseorang padahal kita tak punya hak untuk itu. Atau bisa juga karena rasa tak senang melihat orang lain sukses, bisa berdiri sendiri, yang selama ini selalu merangkak. Kasarnya orang gd, gdlah dan orang kecil, kecillah. Begitukah?, berarti istilah “roda itu berputar” tidak ada dong?

Tidak tanggung-tangung memang rasa kebencian seorang Lord kepada Griffith. Hal ini hanyalah dipicu hal sepele. Halusnya si Lord tidak suka ia berhadapan, bertatap muka dikantornya dengan Griffith. Dari sisi latarbelakang Lord adalah seorang aristocrat, titisan darah biru serta seorang intelek, semantara Griffith adalah seorang anak penambang. Tapi entah kenapa ia memiliki sebuah kesempatan untuk duduk di bangku kementrian. Meskipun posisi Griffith jauh dibawah posisi Lord yang pada saat itu memegang menlu, rasa benci dan “nnak” membuatnya melakukan banyak hal untuk menjatuhkan si Griffith. Sampai-sampai ia melakukan pembunuhan karakter yang berujung pada kejatuhan si Griffith.

Nah jelas bukan dari cerita ini bagaimana seorang orang GD "lord" memiliki rasa tak senang melihat orang kecil "griffith"berubah menjadi GD. Memang cerita tentang Lord dan Griffith ini hanyalah contekan dari cerpen karya Somerset Maugham. Hanyalah sebuah imajinatif saja, tidak bisa dijadikan patokan. Wait….tapi bukankah setiap kenyataan itu diawali dengan namanya proses imajinasi dulu? Layaknya kita berangan-angan menjadi orang yang sukses dimasa mendatang. Sebelum menjadi kenyataan kita terlebih dahulu berimajinasi. benar bukan?. Berarti bisa saja cerita ini adalah akan menjadi keadaan sebenarnya nanti atau memang sudah ada atau…….

Bagaimana menurut anda?

Inspired by Lord Moundrago by W.S.Maugham.

Salam,

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun