Dear Dwi,
Penjelasan sudah saya berikan pada ibunya tapi dia tak kunjung merubah sifatnya padaku dan menunjukkan pribadi dirinya yang bukan sebenarnya.
Pekerjaan yang memakan konsentrasi dan kadang berbuah stess serta intensitas pertemuan yang kurang membuat semua yang awalnya baik menjadi berantakan. Sms tak dibalas, telepon tak diangkat membuat komunikasi terputus. Apasih sebenarnya maumu?
Bukankah kamu juga melakoni hal yang sama denganku, sibuk dengan pekerjaan masing-masing tapi kenapa seakan kata salah seakan lebih condong kepadaku?
Kamu bilang “belum menikah saja sudah seperti ini, apalagi sudah menikah kamu pasti melupakanku”.
Dasar anak bayi manja!!!
Apakah kamu mau saya menjadi pria yang hanya tinggal di sisimu seharian suntuk tanpa berbuat apa apa? Ayo sayang, terus kita mau melakukan apa? Pria macam apa saya ini yang hanya hidup dibawah bayang bayang istri dan tak berbuat apa apa.
Apakah ini ada hubunganya dengan si dia? Karena saya lebih banyak menghabiskan waktuku denganya dari pada denganmu?
Yah kuakui, delapan jam kuhabiskan dengan pekerjaanku sementara denganmu hanya beberapa menit itupun hanya di telepon. Tapi bukankah itu semua demi kebaikan kita juga kelak.
Ayolah jangan mengambek lagi dong, angkat teleponya dan bilang kalau kamu kangen aku, lantas sayapun akan meninggalkan ini semua dan akan menelponmu. Cuma itu yang bisa saya lakukan mengingat jarak kita yang teramat jauh.
Sabar, tahun depan saya akan pulang untukmu!!
Tertanda Sada.
Salam sayang,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H