Kemarin sore saya sempat melihat program televisi disalah satu stasiun tv swasta. Kalau tak salah nama programnya adalah Jika aku Menjadi. Program ini menekankan pada sebuah usaha untuk mencoba berbagai profesi yang bisa sikatakan susah atau berat oleh mereka-mereka yang belum pernah menekuninya. Berdasarkan pengamatan saya maka hostnya biasanya adalah remaja-remaja. Filosopi yang bisa ditarik dari kegiatan ini adalah agar kita lebih menghargai setiap profesi karena pada intinya setiap profesi itu baik adanya. Selain itu, acara ini juga diharapkan bisa menjadi pelajaran bagi kita anak muda tentunya belajar dari pengalaman para orang tua yang menekuti profesi itu tadi.
Diepisode yang saya tonton kemarin kebetulan mengangkat topik pemeliharaan bebek-bebek oleh seorang petani. Disana dijelaskan bagaimana proses pemberian makan si bebek, dimana meraka dibawa kesawah untuk memakan jerami yang telah dicampurkan dengan air sawah. Ada puluhan bebek yang di pelihara oleh bapak itu dan semuanya diberi tanda dengan tali merah.
Berangkat dari sini, saya mengingat bahwa yang namanya bebek itu tidak bisa menghidupi sendirinya. Maksud saya, bebek merupakan dalam golongan bangsa petelur tapi masalahnya meraka tak bisa mengubah telur mereka menjadi anak . Saya jadi bertanya-tanya kenapa bisa begitu yah?
Alasanya ternyata karena bebek itu sering bertelur dimana saja, ia tidak berteluk di satu tempat layaknya ayam atau entok. Bebek biasanya berteluk sebelum hari menjelang pagi dan telurnya hanya diletakkan dimana ia tidur. Alasan kedua yang melatarbelakangi kenapa bebek tak bisa mengerami adalah karena ia tak memiliki sayap yang lebar yang bisa menghimpit telurnya saat dierami. Suhu panas sangat mempengaruhi untuk keberhasilan sebuah telur menjadi seekor bayi. Suhu panas dihasilkan oleh sayap binatang tersebut. Sementara bebek tak memiliki saya dan bulu yang besar.
Jauh sebelum tehnologi listrik ditemukan untuk proses mengerami telur, ayam atau entok adalah unggas yang sering disebut sebut sebagai penolong bebek dalam mengerami telur si bebek. Dengan kata lain si bebek sangat harus berterima kasih pada ayam yang membantu kelangsungan hidup para bebek.
Anehnya si Ayam tak pernah kelihatan merasa sombong akan eksistensinya sebagai penolong bebek. Seumpama saja kita bisa mengadopsi perbuatan yang seperti ini dalam kehidupan kita, dimana kita saling tolong menolong dan tak pernah pamrih akan perbuatan yang telah kita lakukan tentunya akan membawa kebaikan dan kedamaian bagi kita semua. Amen! Semoga saja kita bisa seperti itu.
salam sayang,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H