Mohon tunggu...
Tonnly Mejuah Juah
Tonnly Mejuah Juah Mohon Tunggu... karyawan swasta -

AAL IZZ WELL

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kawinan, Macet 2 Km! Egois Loe ah!!

13 Mei 2011   02:36 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:47 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepertinya sudah menjadi kebiasaan yang tak perlu ditindak lanjuti lagi, kalau yang namanya pesta, pesta apapun itu maka identik dengan pemblokiran jalan bahkan penutupan jalan dan menyuruh pengguna jalan untuk memakai jalan alternatif.
Jalan raya diciptakan untuk kepentingan umum. Disana akan banyak sekali kenderaan roda empat atau roda dua yang hilir mudik dengan berbagai kepentingannya. Tanpa jalan raya tentunya proses sampai pada tempat tujuan akan sedikit terganggu. Nah bagaimana kalau jalan raya malah digunakan untuk mengadakan pesta? Bisakah kita menyuruh pengguna jalan untuk tidak menggunakan jalan karena kepentingan kita? Itu namanya egois bukan, tapi ini sering terjadi.
Sekitar setengah jam lewat bis yang saya tumpangi harus mengantri di jalan lintas sumatra tepatnya di perempatan Metro. Memang daerah ini terkenal dengan jalanya yang sempit sehingga mengakibatkan proses lalu lintas agak lambat. Antrian macet bisa saja terjadi puluhan kilometer disini bila ada sebuah mobil yang sembarang parkir atau rusak disini. Saya sendiri sangat memahami hal ini dan tidak mempermasalahkan bila harus macet karena kerusakan pada kendaraan atau terjadi kecelakaan. Pasti masih bisa ditolerir karna merekapun tentunya tak menginginkanya. Tapi kemarin berbeda tentunya.
Udara yang sedikit ditambah penumpang yang sesak membuat badan terasa gerah. Keringat yang mengucur karena kepanasan membuat pikiran menjadi tak karuan yang berujung pada rasa emosi apalagi setelah saya tahu alasan kemacetan itu. Ternyata ada sebuah pesta didaerah itu sepertinya pesta pernikahan. Masuk akal demi terciptaanya ketertipan dan agar kenderaan yang melintas sapat melaju dengan hati hati maka separuh dari sisi jalanpun diblok. Sudah jalan sempit, di blok lagi yang akhirnya menyebabkan kemacetan. Anehnya para panitia tidak jeli dengan keadaan sekitar, sudah tahu truck dan bis berjejeran bagai buah pepaya mereka tetap saja tak membuka jalan yang telah diblok itu. Mereka tetap meletakkan tong besar di sisi jalan.
Apa mereka tak bisa melihat dan membaca situasi? Atau demi menciptakan ketertipan lalu lintas hingga jalan dipenuhi dengan kenderaan dari segala macam ukuran? Pantaskah saya mengucapkan bahwa mereka seakan menari diatas penderitaan orang lain? Atau karna terlalu sensitifkah saya. Terlalu membesar besarkan?
Tak lama setelah kejadian itu sayapun melihat para polisi turun kelapangan dan berdebat dengan panitia pesta itu. Kedatangan pak polisi itu akhirnya membawa sedikit perubahan bagi kemacetan. Walau belum lancar tapi minimal sebagain kenderaan sudah bisa lolos dari kemacetan termasuk bis yang saya tumpangi.
Saya tidak tahu menahu apaah ada peraturan yang mengijinkan penduduk untuk memblok atau memakai separuh jalan demi kepentingan sebuah acara. Tapi yang jelas keadaan seperti ini tentunya sangat membuat orang tergangu bahkan kesal. Kalaupun memang ingin memakai jalan agar kenderaan yang melintas berhati hati dan mengurangi kecepatan diareal yang sedang dipakai bisa saja tapi jangan sampai kepentingan kita mengganggu kepentingan banyak orang. Contohnya saja dalam kasus ini ada baiknya panitia membuka sisi jalan yang telah diblok sampai arus lalu lintas telah lancar kembali dan setelah itu silahkan blok lagi sehingga tidak ada yang merasa dirugikan.
Salam sayang,

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun