[caption id="attachment_275022" align="alignleft" width="300" caption="illustrasi google.com"][/caption]
Sebuah karya besar, kita sebutlah sebagi buku atau novel tidak hanya selalu tercipta dari proses imajinatif seorang pencipta tapi terkadang sebuah karya besar tercipta berkat inspirasi dari sang pencipta dari kejadian-kejadian sebenarnya disekeliling sang penulis pada masa hidupnya tentunya. Dan masalah contohnya saya kira banyak sekali yang sudah disediakan untuk kita.
Film tentunya tidak jauh beda dengan buku atau novel. Terkadang ia diciptakan lewat pemikiran jenius sang producer dan terkadang ia juga didapatkan lewat keadaan yang sedang hot-hotnya terjadi disekitarnya. Bedanya hanyalah masalah visualisasi saja. banyak film terispirasi dari sebuah buku atau novel, dinegara kita ini dan juga di luar negeri tentunya.
Bagi anda yang pecinta sinetron ataupun film-film Indonesia maka saya yakin bahwa anda setuju bila saya mengatakan bahwa banyak sekali scene-scene yang sering diulang-ulangi dalam sebuah film walaupun film itu jauh berbeda, berbeda judul, karakter dan producernya juga. Dengan kata lain banyak persamaan yang bisa kita temukan disana. Contohnya adalah dari segi temanya. temanya mudah ditebak terkadang masalah cinta yang dicampur dengan masalah perebutan harta dan balas dendam keluarga juga.
Dan satu hal lagi yang pasti adalah sifat kecerobohan para karakternya dalam berakting yang tentunya atas pinta sang producer. Contohnya adalah saat seorang karakter menyerahkan sebuah berkas untuk ditandatangani maka dengan sigap karakter yang lain menandatanganinya tanpa membaca terlebih dahulu apa isi surat tersebut. Nah biasanya surat yang ditanda tangani itu adalah boomerang bagi si penanda tanganya.
Contoh yang lainya adalah ketika ada sebuah barang bukti yang hendak dijadikan sebagai kunci untuk menghukum atau mengkap si pemeran jahat, maka nantinya akan dibuat sebuah cara yang sedemikian mungkin agar barang itu hilang yang berimbas pada lepasnya pemeran jahat dari jeratan hukum dan perbuatanya hingga dijadikan sebagai alat penambah episode.
Selain itu terkadang pertemuan para pemain utamanya, biasanya antara pria dan wanita akan dipertemukan dengan jalan bertabrakan ketika sedang ingin berpapasan. Nah bukankah contoh-contoh seperti ini bisa disebut sebagai tindakan kecerobohan walaupun semuanya itu sudah disetting oleh sang prioducer. Tanda tangan tanpa baca yang berujung kerugian, barang bukti hilang karena kurang proteksi dan menabrak orang lain secara tak sengaja. Ceroboh bukan namanya yang seperti ini.
Nah kembali lagi ke preliminary yang saya berikan bahwa terkadang sebuah cerita itu diambil, diinspirasi dari kejadian disekeliling penciptanya. Nah seumpama benar seperti itu so film bisa dijadikan refleksi akan keberadaan kehidupan manusia dimana sebuah film diciptakan, bila di Indonesia maka masyarakat yang akan tercermin tentunya orang-orang Indonesia, mungkin sifatnya, tabiatnya dan perilakunya. Berarti bila banyak film Indonesia yang menggambarkan kecerobohan karakternya maka bisa ditarik sebuah kesimpulan bahwa indonesia orangnya kecerobohan dan karena saya juga adalah orang indonesia berarti saya juga seorang ceroboh, mungkin salah satunya terlalu ceroboh menuliskan postingan ini. Benar begitu???
Berarti kita ceroboh dong orangnya???
Salam,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H