Mohon tunggu...
Tonnly Mejuah Juah
Tonnly Mejuah Juah Mohon Tunggu... karyawan swasta -

AAL IZZ WELL

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hinaan: Sudah Susah Belagak Lagi..

26 Juni 2010   01:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:17 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tidak sedikit orang yang tersakiti bila ia dihina. Apalagi hinaan itu menyangkut masalah kemapanan ekonomi.

Paman saya adalah petani yang bisa dikategorikan dalam ruang lingkup orang susah/miskin. Tetapi walaupun begitu, mereka tidak pernah mengatakan “tidak” dan “nggak” pada  anak anak mereka terutama dalam masalah pendidikan.

Secara frinansial pamanku tidak mempunyaai kemampuan untuk menyekolahkan anak anaknya sampai ke perguruan tinggi. bukan maksud untuk mengunder estimate. Hal ini tentunya saya katakan berdasarkan kenyataan yang saya lihat sehari-hari. Tapi entah kenapa rasa keragu-raguan saya itu tidak sepenuhnya benar dan malah berbalik 180 derajat. Saya menjadi terperangah olehnya.

Rasa ini ini membuatku penasaran apasih yang dilakukan paman dan bibiku supaya semuanya tampak baik dan tak bercelah?. Ini membimbingku untuk menanyakan langsung rahasianya kepada kedua orang tua angkat ku ini.

Aku sangat terkejut mendengar jawaban singkat mereka atas semua yang sudah terjadi. Salah satu jawaban yang saya dapatkan adalah “hinaan”. Ini membuatku bertanya kembali, bagaimana mungkin sebuah hinaan dijadikan sebuah kunci keberhasilan.

Ternyata selama ini tidak sedikit orang yang menghina dan mencemooh mereka. Memang hinaan dan cemooh itu memiliki alasan. Latar belakang keluarga pamanku bukan berasal dari keluarga berada atau aristokrat. Tapi malah dari keluarga apa adanya yang ingin mencoba untuk berubah menjadi lebih baik. Dibandingkan dengan orang lain keluarga pamanku bukan apa apa. mereka bagaikan tanaman ditengah bebatuan. oleh karena itu, Banyak orang orang menganggap pamanku ini sebagai orang tua yang “sok dan ngak tau diri”, “Sudah makan susah belagak lagi mau nyekolah anak pula sempai keperguruan tinggi.” Begitulah kira kira umpatan orang lain terhadap kedua orang tua angkatku ini

Apa salah orang miskin bersekolah dan mencoba merubah nasib?

Ternyata hinaan itu tidak membuat keluarga paman saya ini mundur dan down. Malah mereka bersukur. Mereka menganggap bahwa hinaan itu adalah ucapan semangat besar yang bersampulkan dengki, mapas/ anggap remeh dan sebelah mata. Hal itu malah membuat mereka untuk beroraet labora dan membuktikan bahwa mereka bisa dan tentunya dengan proses yang panjang pula. Tiga tahun kemudian anaknya pun lulus dan pamanku pun akhirnya menuai apa yang telah mereka tabur. Dalam hati, mereka hanyalah berterimakasih pada Tuhan atas hinaan yang orang lain berikan, tanpa hal tersebut goal yang telah mereka set semenjak dahulu mungkin tidak berhasil.

Apa yang saya dapatkan dari pengalaman ini?

Ternyata hianaan itu tidak selamanya buruk, menghancurkan dan discourages malah mungkin sebaliknya menjadi penyemangat dimasa genting. Tapi itu semua tergantung pribadi kita masing-masing untuk mengolah hal hal buruk yang menyudutkan kita menjadi penyemangat hidup dan penyangga motivasi kita untuk lebih berusaha dan terus berusaha.

So menurut saya, kita patut berbagga bila orang lain menghina kita, karena pada dasarnya orang yang menghina kita pasti sudah memperhatikan kita dan di bermaksud mengajak kita untuk tidak berbuat seperti itu. Selain itu. Hal itu, hinaan juga memotivasi kita untuk mengalahkanya lewat bukti yang akurat dan mendapatkan jawaban bahwa apa yang mereka katakan/hina adalah salah besar.

Jadi dengan menghina memungkinkan orang lain untuk melebihi kita dan berpeluang mempermalukan diri kita sendiri.

hinaan dibalas dengan hinaan akan menjadi kebinasaan. tapi hinaan dibalas dengan kebaikan pasti kemenangan

Salam,

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun