“Nggak merokok, nggak jantan ”.
Begitulah persepsi yang sering dikeluarkan banyak orang utama perokok ketika ditanya dengan sebuah pertanyaan. “Kenapa kamu merokok?”
Jawaban ini tentunya tak salah, setiap orang berhak memberikan alasan sesuai dengan persepsinya dan perasaannya masing-masing. Dilain pihak, bagi sebagaian orang merokok dianggap sebuah tindakan yang merugikan, merugikan secara ekonomi yaitu dalam hal membeli rokok. Selain itu merokok dipercaya menyebabkan timbulnya berbagai penyakit.
Salah satu yang mencolok dengan dunia pasaran/ dunia diatas roda adalah eksistensi rokok yang selalu ngepul apalagi setelah makan,oleh karena itu ada istilah Anak ni si Adam do si Ishak, Siap Mangan do Marisap. (marisap= merokok). Dimana saja dan kapanpun pastinya mereka akan ditemani sang sahabat sejati, rokok. Dipercaya rokok dapat menyebabkan ekpansi pergaulan menjadi semakin akrab, walaupun satu rokok untuk beberapa orang alias Santing. Inilah yang ada dibenak kebanyakan orang termasuk saya.
Kemarin saat hendak pulang, saya sempat membuka pembicaraan dengan kernet. Saya terkejut mendengar pernyataanya bahwa supir mereka yang bernama pak Darno itu tak sama sekali merokok. Apa mas? Iya dia memang tidak merokok, jawab si kernet yang bernama Budi. Saya tak terlalu memperhatikan tapi memang saya tak pernah melihat si supir merokok.
“Culunkah atau nggak jantankah” panggilan yang sesuai bagi mereka khususnya laki-laki dewasa yang tidak merokok? Saya rasa tidak. Saya juga seorang perokok tapi soal culun atau machonya seorang lelaki tidak hanya diukur dari masalah merokok atau tidaknya.
Walau telah banyak pernyataan yang menyatakan bahwa merokok itu juga berguna bagi kesehatan, tapi tetap saja tanpa merokok itu jauh lebih baik terutama bagi si pemakainya. Contoh kecil saja, ketika kita merokok, jenis apapun maka bau rokok akan langsung melekat pada mulut kita. Bukankah itu sebuah bukti sisi negatif darimerokok. Satu lagi, gigi bagian dalam akan terlihat menguning, mungkin sisa-sisa nikotin yang melekat saat gigi menggigit si rokok.
Merokok tak hanya merugikan diri sendiri tapi juga orang lain. Asap yang dihasilkan rokok membuat orang lain yang kebetulan berada disekitar kita akan merasa terganggu dengan respiratorinya. Berarti banyak jugakan effek sampingnya merokok.
Sebuah hal yang sangat mencengangkan saya kira bila seseorang dijaman sekarang ini tidak berhubungan dengan rokok, terutama pak Darno yang notabenenya seorang supir, orang pasaran yang sehari harinya dihabiskan diatas roda. Apapun alasan beliau untuk tidak merokok,yang jelas itu sangat baik tentunya baginya.
Mau atau tidak? Apapun kata orang lain, keputusan tetap ada ditangan kita, hanya kita sendiri yang tahu yang terbaik untuk diri kita sendiri.
Salam sayang,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H