……….masa ia? Sebenarnya istilah ini telah banyak dikenal orang terutama orang yang bermukim di daerah medan sekitarnya. Tapi istilah ini tidak selamanya benar ada dan memang agak sulit juga untuk membuktikanya mungkin karena sudah adanya kesadaran masing-masing.
Latar belakang istilah ini di sebabkan oleh kecenderungan sebagian kaum lelaki terutama kaum parminum(yang suka minum tuak) secara berlebihan. Di daerah medan sekitarnya memang agak terkenal dengan Lapo tuaknya (kedai tuak). Tuak adalah sejenis minuman yang dihasilkan dari pohon bagot/aren kemudian dicampur dengan raru. Raru adalah sejenis kulit pohon yang telah dikeringkan dan digunakan untuk menghilangkan rasa manis pada Nira. Nira adalah sebutan untuk air aren yang belum mengalami pencampuran makanya rasanya sangat manis sekali. Saya juga kurang paham apa tuak ini termasuk dalam kelompok minuman keras atau tidak. Tapi melihat dari efek yang ditimbulkanya saya kira”ya”.
Biasanya para peminum tuak akan datang ke lapo di malam hari saja karena pada malam harilah lapo dibuka walaupun sebagian ada juga yang berjualan di siang hari. Di sebagian daerah, lapo tuak dijadikan sebagai tempat perkumpulan kaum adam dan bisa dinterpretasikan sebagai sarana refresing dan silaturahmi dengan sesama karena telah lelah bekerja seharian disiang harinya. Selain minum tuak banyak juga hidangan-hidangan yang disajikan oleh pemilik lapo, contohnya seperti: sang-sang/daging B2 atau B1, gorbal /ubi goreng, kacang dan lain lain. Dan untuk menghidupkan suasana maka disetiap lapo pasti sudah disediakan beberapa alat musik seperti gitar dan seruling.
Menurut para peminum tuak itu, tuak yang dikategorikan yang enak adalah tuak yang rasanya pahit dan agak asam asam.Rata-rata tuak dijual dalam ukuran gelas besar dan dibandrol Rp 500-1000 per gelas. Masih menurut pendapat mereka dengan meminum beberapa gelas saja terutama tuak yang bagus maka pikiran anda akan segera melayang-layang dan semuanya tampak berputar putar / mabuk.
Biasanya bagi orang yang baru mendapat durian runtuh atau rejeki nomplok/kantal maka orang itu akan membuat semacam perayaan dan pastinya disetting di lapo. Mereka tidak segan-segan membuat semacam pesta kecil-kecilan dan mentraktir setiap orang termasuk makanan dan minuman yang mereka habiskan. Hal ini tentunya membuat mereka lupa waktu dan lupa diri akibatnya sudah pasti tenggen/mabuk berat. Karena pikiran sudah melayang layang maka pesta akan segera berakhir. Satu persatu dari peminum tadi akan meninggalkan lapo dan berhamburan pulang kerumah masing-masing untuk istirahat. Tapi sayangnya dalam keadaan seperti itu kebanyakan dari mereka tidak akan sampai ke rumah tapi malah menginap ditempat-tempat yang tidak seharusnya, contohnya di selokan/parit atau jalanan.
Tapi hal seperti ini hanya berlaku jika mereka memiliki banyak uang. Bila mereka bokek maka mereka hanya minum seadanya jadi mereka belum dikuasi oleh tuak dan tentunya memperbolehkan mereka tidur di kasur masing masing. Kabanyakan dari peminum itu akan memilih lapo yang agak sedikit jauh dari rumah. Mungkin takut ditampeleng istri dan diliat tetangga. Ha..ha.
….ak..ak..Horas Lae!!! Tambah tuaki…
Salam,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H