Dari tidak tahu menjadi tahu, itulah salah satu fungsi dari belajar. Mempelajari sesuatu hal yang kita tidak ketahui memang membosankan apalagi hal yang kita pelajari tak kunjung kita pahami atau benar adanya. Tapi justru disitulah terletak akan pentingnya, mahalnya suatu pemahaman.
Saat kita mendengar maka kita akan lupa, saat kita mulai membicarakanya maka kita akan sedikit mengingatnya, saat kita mulai mendiskusikanya dan menemukan sebuah contoh maka kita akan mendapatkan pengetahuan dan yang terakhir saat kita mulai mengajarkanya kepada orang lain maka kita akan menjadi master akan itu.
Permintaan zaman yang semakin mendesak akan pentingnya sebuah pemahaman akan bahasa inggris untuk berkomunikasi membuat setiap orang memacu dirinya masing masing begitu pula dengan saya.
Nah suatu hari saya beserta teman sedang asik membaca baca artikel dalam sebuah majalah bulanan, tiba-tiba mata saya tertuju pada sebuah tulisan bahasa inggris yang mengatakan “Are you Chicken?”. Tanpa pikir panjang saya terjemahkan kalimat itu menjadi“apakah kamu ayam?”.. Kenapa artinya seperti itu yah? Kenapa sepertinya artinya aneh, padahal ada gambar orang dimajalah itu?. Apa hubunganya ayam dan orang? Pusing! Kejadian ini saya ceritakan pada teman, iapun memberi sedikit penjelasan akan pendapat saya itu.
“Chicken” dalam kasus yang saya baca bukan berarti “ayam” walaupun memang ayam itu adalah chicken. “Chicken” yang dimaksud dalam kalimat itu adalah sebuah istilah yang berarti “penakut”. Masih berdasarkan pendapatnya bahwa proses penerjemahan umpama bahasa inggris ke indoensia bisa dibagi menjadi dua. Yang pertama secara literal dan yang kedua ideomatik.
“Apa lagi ini?” Dalam benak saya.
Terjemahan secara literal adalah penerjemahan berdasarkan arti yang tertera pada kamus, apa adanya. Contohnya saja pada kasus diatas “chicken” maka bila kita lihat dikamus akan diartikan sebagai ayam.
Sementara terjemahan secara ideomatik adalah sebuah bentuk terjemahan yang mengusahakan agar terjemahan tersebut di terjemahkan sebaik mungkin kedalam bahasa yang ingin ditejemahkan dan tentunya disesuaikan dengan kontek kalimatnya. Ini berarti dengan menggunakan terjemahan ideomatik ini terkadang terjemahan akan lebih panjang bila dibandingkan dengan sumber yang harus diterjemahkan. Tapi hal ini dilakukan dengan alasan pemaham akan arti terjemahan menjadi lebih baik. Contohnya “chicken” bisa diartikan sebagai “sifat yang penakut”.
Rasa kesal menyelimuti hati saat teman menjelaskan perihal ini, kesal karena jawaban saya tak sepenuhnya benar dan kesal untuk mengetahui bahwa saya masih cetek dalam hal ini. Tapi setidaknya ada sedikit pemahaman yang saya dapatkan dari penjelasanya. Kata orang butuh proses untuk memahami setiap hal itu dan itu benar. Nah mungkin itulah yang sedang saya jalani saat ini.
Semoga bermanfaat
Salam sayang,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H